728x90 AdSpace

Latest News
Kamis, 23 Juli 2015

Mengenang Dr. Said Tuhuleley, M.M

 
Perginya Sang Pejuang Pembela Mustadh’afin


Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, kematian adalah suatu kepastian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati. Sebelum Muktamar ke-47 di Makassar awal Agustus nanti, Muhammadiyah beberapa waktu yang lalu justru kehilangan salah satu kader terbaiknya, seorang pejuang tanpa kenal lelah yang selalu membela kaum mustad'afin. Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr. Said Tuhuleley, M.M telah tiada.

Dr. Said Tuhuleley wafat pada hari Selasa 9 Juni 2015 pukul 23.33 WIB di Rumah Sakit dr. Sarjito Yogyakarta. Sebelum dikebumikan, jenazah Dr. Said disemayamkan terlebih dahulu di Kantor PP Muhammadiyah, Jl. Cik Di Tiro No. 23 Yogyakarta. Kemudian dikebumikan di pemakaman Kampung Karangkajen, Mergangsan, Yogyakarta, Rabu siang. Pemakaman tersebut juga merupakan lokasi peristirahatan terakhir bagi tokoh-tokoh Muhammadiyah lainnya, seperti KH. Ahmad Dahlan dan KH. AR Fachruddin.

Menurut Wakil Sekretaris MPM PP Muhammadiyah, Machhendra Setyo Atmaja, Dr. Said Tuhuleley telah terbaring melawan sakit selama hampir dua pekan setelah tiba dari kerja pemberdayaan masyarakat di Ambon dan Sorong. "Pak Said punya keinginan kuat untuk terus melakukan kerja pemberdayaan di Makassar, Ambon dan Sorong, setelah sebelumnya mengisi seminar Pra-Muktamar di Sidoarjo, walaupun beliau sudah merasa sedikit sakit di bagian kakinya," jelasnya.

Machhendra menjelaskan, selama ini Dr. Said selalu mendorong program-program pemberdayaan bagi wong  cilik, sehingga beliau cukup dekat dengan para pedagang asongan, abang becak, sampai kelompok difable yang selama ini menjadi konsen pendampingan MPM PP Muhammadiyah. Lebih lanjut menurut Machhendra, selama perawatan sebelumnya di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Pak Said selalu didampingi para fasilitator MPM dan juga santri Budi Mulia.

"Pak Said selalu terlihat sumringah ketika diceritakan mengenai kemajuan program, terutama di daerah timur Indonesia oleh para fasilitator yang mendampinginya," katanya.

Kepergian Dr. Said Tuhuleley adalah kehilangan bagi Persyarikatan Muhammadiyah dan Bangsa Indonesia. Hal itu disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. HM. Din Syamsuddin, M.A melalui pesan Whats App yang dikirimkan kepada muhammadiyah.or.id, Selasa (9/6).

Menurut Pak Din, Dr. Said adalah seorang mujahid dakwah yang telah mengabdikan sebagian besar hidupnya untuk dakwah bagi pemberdayaan dan pemajuan masyarakat. Beliau adalah seorang kader handal Muhammadiyah yang mampu bekerja maksimal di manapun ditempatkan dan diberi amanat. Warga Muhammadiyah sedang menikmati hasil jerih payahnya dalam pemberdayaan masyarakat lewat MPM yang dipimpinnya. “Saya berharap akan muncul Said Tuhuleley-Said Tuhuleley baru yang akan meneruskan jihad pencerahan almarhum. Selamat jalan sahabatku,” ungkapnya.

Sedangkan Ketua PP Muhammadiyah Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, M.A mengatakan, Dr. Said semasa hidupnya berjuang di Muhammadiyah. Beliau pernah menjadi anggota Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, meski latar belakang pendidikan bukan bidangnya, namun Pak Said mampu mengembangkan ilmunya, yakni dengan membuat peta dakwah, karena beliau memang ahli di bidang statistik. "Beliau kader yang handal, pekerja keras, apa pun yang diserahkan kepada beliau, ditekuni dan jadi (berhasil-red)," kata Buya Yunahar di kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta.

Buya Yunahar mengungkapkan bahwa pertama kali dirinya melihat Pak Said tahun 1984 tatkala beliau naik motor bertamu ke rumah Ustadz KH. Suprapto Ibnu Juraimi rahimahullah di Muallimin Yogyakarta. “Saya tidak sempat berkenalan, baru membatin, siapa orang ini. Tahun 1985 baru berkenalan tatkala saya diminta mengajar Bahasa Arab di Padepokan Budi Mulia. Tahun 1999-2000 kami bertetangga langsung di Budi Mulia. Tahun 2000-2015 saya tinggal di luar pondok tidak sampai 500 m dari rumah Pak Said,” ujar Buya Yunahar.

Buya Yunahar mengatakan sangat banyak kenangan selama 30 tahun bersahabat dengan Dr. Said. “Pak Said orang baik, rajin shalat berjamaah, aktivis, sangat peduli umat, pekerja keras, peneliti, suka berbicara dengan angka-angka, pandai menulis, pengkader anak muda andalan, dll. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima semua amal ibadahnya dan mengampuni dosa-dosanya dan memasukkan Pak Said ke dalam surga-Nya. Amiin ya Rabbal 'alamin,” do’a dan harapannya.

Sebelumnya, di Masjid Nabawi dan di Masjidil Haram Dekan Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Dr. Mahli Zainuddin Tago, M.Si berdoa untuk kesembuhan Pak Said. Tapi Allah Ta’ala berkehendak lain. “Allah memanggil Pak Said lebih cepat. Insya Allah Pak Said husnul khatimah,” ujarnya.

Dr. Mahli menjelaskan, ada begitu banyak pelajaran hidup yang ditimbanya dari Pak Said. “Salah satunya adalah perjalanan pada Ramadhan tahun lalu. Dalam kondisi fisik yang mulai tertatih, beliau masih sanggup menemani saya ke pedalaman Kerinci. Ini perjalanan panjang. Sebelum Subuh kami sudah bergerak dari rumah. Baru sampai Kerinci ketika adzan Maghrib berkumandang. Kehadiran beliau dalam rangka memompa semangat anak-anak muda setempat untuk mendirikan sebuah Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM). Dengan PCM ini maka sebulan kemudian tim MPM berhasil menggerakkan pertanian terpadu bagi jamaah Muhammadiyah setempat. Maka Persyarikatan Muhammadiyah mulai bergerak disana. Saya bersaksi  ini menjadi salah satu dari sekian amal shalih-amal shalih Pak Said yang pernah saya saksikan langsung saat  bersama beliau. Selamat jalan Pak Said. Saya bangga pernah menemani beberapa amal shalih Bapak,” tutupnya.

Dr. Said Tuhuleley lahir di Saparua, Maluku, meninggal dalam usia 62 tahun. Dalam biografi singkat beliau yang terdapat dalam situs resmi UMY dituliskan bahwa Pak Said menyelesaikan pendidikan Sarjana pada Jurusan Matematika IKIP Yogyakarta (sekarang Universitas Negeri Yogyakarta-UNY) pada tahun 1982 dan menyelesaikan studi Magister Manjemen di UMY tahun 2014 serta memperoleh gelar kehormatan Doktor (HC) oleh Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dalam bidang Sosial dan Politik tahun 2014.

Dosen Metodologi Penelitian dan Statistik FAI UMY ini semasa hidupnya aktif sebagai pembicara dan narasumber pakar khususnya bidang pendidikan dalam berbagai kesempatan. Sepuluh tahun terakhir, aktifitas organisasinya di Muhammadiyah yaitu menjabat sebagai Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) periode 2010-2015. MPM merupakan majelis baru di Muhammadiyah yang mendekatkan Muhammadiyah pada nelayan, petani, buruh, tukang becak dan masyarakat kalangan bawah lainnya. Pak Said banyak mengajak ahli-ahli pertanian untuk membimbing petani agar produksinya meningkat dengan biaya murah. Beliau banyak berkeliling dan sering mengadakan panen-panen raya. Dari aktivitasnya di MPM inilah yang menjadikan Pak Said diberikan gelar Doktor Kehormatan pertama UMM. Beliau dianggap berhak menyandang gelar kehormatan itu setelah diusulkan oleh Promotor Prof. Dr. HA. Malik Fadjar, M.Sc dan Co-Promotor, Prof. Dr. Ishomuddin, M.S, dan disetujui oleh senat UMM.

Dalam pertimbangan pengusulannya, mantan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Prof. Dr. HA. Malik Fadjar, M.Sc menyebutkan bahwa sosok Pak Said sangat layak mendapatkan gelar pertama dalam sejarah UMM ini. Selain komitmennya di bidang akademik, Pak Said juga dikenal gigih mengamalkannya dalam bentuk gerakan sosial di akar rumput. Melalui MPM Pak Said berhasil menggerakkan masyarakat dhuafa yang memerlukan bantuan. Pejuang mustadh’afin tersebut selalu mendengungkan slogan, “Selama Rakyat Menderita, Tidak Ada Kata Istirahat”.

Selain di MPM, Pak Said juga pernah menjadi Sekretaris Majelis Pendidikan Tinggi Muhammadiyah yang mengelola seluruh perguruan tinggi Muhammadiyah di Indonesia. Dalam kesehariannya, Pak Said dikenal sebagai sosok yang sangat sederhana, bersahabat, sopan dan rendah hati. Beliau tidak pernah sungkan memberikan nasihat jika ada sesuatu yang dinilainya salah.

Melihat sepak terjang beliau yang luar biasa tersebut, tidak berlebihan jika warga Muhammadiyah menganggap bahwa wafatnya Pak Said merupakan kehilangan yang sangat besar bagi keluarga besar persyarikatan. Meskipun kita yakin, insya Allah beliau mendapatkan tempat yang baik di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala atas semua amal shalih yang beliau lakukan semasa hidupnya. Selamat jalan Pak Said. Nafasmu boleh saja berhenti, tapi pahala dari-Nya semoga selalu mengalir deras bagimu sampai hari kiamat nanti. Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu’anhu... [Ahmad Nasri]
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Item Reviewed: Mengenang Dr. Said Tuhuleley, M.M Rating: 5 Reviewed By: Admin 1 TablighMu