Oleh: Drs. RB. Khatib Pahlawan Kayo
Ketua PW Muhammadiyah Sumatra Barat 2005-2010
Di tengah-tengah kegalauan situasi politik saat ini dan rapuhnya keteladanan para tokoh, ada keprihatinan tersendiri para pengamat terhadap Muhammadiyah, apakah organisasi yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan ini akan tetap eksis dan selamat dalam menelusuri jalan hidupnya yang semakin berliku, terjal dan licin yang belum jelas kapan berakhirnya. Namun di sisi lain tidak sedikit pula yang memuji keberanian dan ketegasan Muhammadiyah dalam mempertahankan keyakinannya seperti apa yang terjadi pada sidang isbat penetapan hari raya Idul Fitri tahun 1432 H yang lalu dan kemudian menetapkan untuk tidak ikut lagi dalam sidang sejenis dalam tahun 1433 H.
Bukan hanya itu, banyak lagi bukti lain seperti apa yang diperjuangkan Muhammadiyah selama ini justeru merupakan mata rantai dokumen sejarah, bahwa pembaharuan pemikiran yang dibawa Muhammadiyah mendapat dukungan positif dari banyak kalangan intelektual dan akademisi tak terkecuali yang tadinya ragu-ragu bahkan menolaknya, tapi kemudian menjadi pengawal dan pembelanya. Kondisi itu menjadi semakin kuat karena Allah juga memperlihatkan keberpihakkan-Nya terhadap setiap kebenaran yang terlebih dahulu harus ditegakkan dengan penuh perjuangan dan kejujuran meskipun sarat dengan berbagai tantangan dan ujian.
Dukungan yang mengalir terhadap Muhammadiyah tentu bukan tidak beralasan, sekurang-kurangnya orang melihat betapa sepak terjang pemikiran yang dikembangkan dan amal usaha yang didirikan Muhammadiyah secara bersungguh-sungguh telah membawa manfaat untuk masyarakat luas. Mereka menyaksikan betapa gigih dan ter-ujinya semangat ber-fastabiqul khairaat yang dimiliki warga Muhammadiyah dalam menggeluti amal usaha tersebut yang bukan pekerjaan gampang karena tidak semua orang mampu melakukannya. Para pendukung dan pemerhati juga menyadari betapapun kecilnya amal usaha itu pasti memerlukan kemampuan manajemen yang solid dan kesabaran yang luar biasa, lebih-lebih untuk menggerakkan tenaga yang jumlah besar sukarela tanpa digaji, bersamaan dengan itu juga harus mencari dana yang tidak sedikit untuk memenuhi kebutuhan hidup amal usaha yang begitu banyak, seperti Sekolah/Madrasah, Panti Asuhan, Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Penyantunan fakir miskin, Masjid, Mushalla, sampai perguruan tinggi dan sebagainya.
Apalagi yang digerakkan oleh Muhammadiyah ruang lingkupnya teramat luas, bukan hanya amal usaha dalam bentuk bangunan-bangunan fisik seperti yang disebutkan di atas, melainkan secara simultan juga harus memikirkan bagaimana sumber daya manusianya yang senantiasa perlu ditingkatkan, baik kecerdasan maupun wawasan keilmuan, komitmen dan kompetensinya untuk bisa tumbuh dan berkembang sejalan dengan dinamika kehidupan di era globalisasi yang semakin kompetitif.
Saat ini bukanlah pekerjaan ringan mengajak masyarakat untuk istiqamah dalam mempertahakan aqidah yang bersih dari syirik, khurafat dan tahayul, dan bukanlah pula mudah untuk menyelamatkan warga dari ibadah yang bebas dari pencemaran bid’ah dan tipu daya aliran sesat. Begitu pula jangan dikatakan pekerjaan enteng membawa pribadi dan keluarga berperilaku akhlaqul karimah yang jauh dari pengaruh gaya hidup modern ala barat yang sekuler. Sama halnya tidaklah gampang mengajak masyarakat untuk berdakwah dalam koridor bermu’amalah yang sesuai dengan Al Qur’an dan Al Sunnah. Semuanya itu memerlukan kemampuan leadership dan management yang handal dan profesional.
Sekarang tidaklah heran bila banyak teman yang dulu bersemangat untuk sama-sama berjuang dalam barisan dakwah amar ma’ruf nahi munkar, kini tidak peduli bahkan membelakang tanpa hirau. Bagitu pula banyak hartawan dermawan mulai menurun dukungannya kepada ormas-ormas keagamaan, sejalan dengan melemahnya kharismatik para pemimpin dan ulama. Kini semakin banyak aghinya’mempertanyakan kredibilitas para pengurus masjid dan pengelola zakat, infaq dan shadaqah, bersamaan dengan kurang pekanya para pengelola terhadap kritik dan tidak akuntabelnya laporan keuangan. Akhirnya gerak dakwah semakin melemah, kegairahan berorganisasi semakin menurun. Di sisi lain gaya hidup modern yang larut dalam efouria politik, hedonistik dan materialistik tanpa filter semakin meluas dan merata, baik di kota maupun desa, sehingga banyak yang tenggelam dibawa arus. Biasa kita lihat saat ini kader dan pemimpin yang mudah berpindah-pindah kapal untuk berlayar, namun tujuan semakin semu, karena orientasi tidak lagi murni karena Allah melainkan karena berbagai kepentingan dan kebutuhan yang sifatnya jangka pendek dalam skala yang sangat terbatas.
Kondisi demikian saat ini hampir menyeluruh, tidak saja dalam persyarikatan Muhammadiyah, tapi merata hampir di seluruh wadah. Namun sebagai sebuah organisasi dakwah yang mengusung faham tajdidsejak satu abad yang lalu, Muhammadiyah telah bertekad tidak akan pernah mundur dan menyerah, karena Muhammadiyah yakin bahwa “setiap orang beriman yang benar-benar menolong agama Allah, Allah akan menolongnya dan memperkuat kedudukannya”. (Q.S. 47 : 7). Dan lebih meyakini lagi bahwa bagi siapa yang tetap bersungguh-sungguh berjuang di jalan-Nya untuk meraih keridhaan-Nya, Allah juga akan membukakan berbagai jalan untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan. (Q.S. 9 : 69).
Sepertinya pengalaman itulah yang dirasakan oleh Muhammadiyah dalam mendayung bahtera organisasinya lebih dari satu abad. Memang pahit getir, onak dan duri tidak pernah hilang bahkan telah menjadi sarapan paginya, tantangan dan rintangan silih berganti telah menjadi pakaiannya, tekanan dan intimidasi telah menjadi tradisi membakar semangatnya. Namun di balik itu semua, nikmat, rahmat dan karunia Allah yang dirasakan juah lebih besar, karena bagi Muhammadiyah keberhasilan amal usaha yang didirikannya, kemudian dapat membebaskan kaum dhu’afa’ dari kemiskinan, mencerdaskan bangsa dari kebodohan dan keterbelakangan dan mencerahkan umat menghadapi kemajuan benar-benar merupakan kepuasan hati dan kenikmatan jiwa yang tak terkira, meskipun jauh dari kehidupan yang mewah dengan harta yang melimpah, dan dengan berbagai kedudukan dan kekuasaan.
Alhamdulillah dengan prinsip hidup yang demikian, tidak sedikit anak-anak yatim yang disantuni di berbagai panti asuhan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah yang kemudian menjadi orang besar dan berguna bagi bangsa dan tanah air. Tidak sedikit pula alumni sekolah/madrasah Muhammadiyah/’Aisyiyah sejak dari TK Bustanul Athfal sampai Perguruan Tinggi telah mengabdi untuk kepentingan masyarakat dan bangsa. Begitu pula cukup terbilang tokoh intelektual, ulama dan muballigh Muhammadiyah yang tampil sebagai pemimpin umat yang mencerahkan. Semuanya itu merupakan karunia Allah Swt yang luar biasa karena dengan izin-Nya Muhammadiyah dapat berusia panjang dan sejalan dengan itu dapat pula berbuat kebajikan yang beragam jumlahnya.
Orang-orang yang cerdas dan mampu membaca sejarah, tentu tahu bahwa Muhammadiyah di samping ikut membidani kelahiran republik ini, juga merupakan pilar kekuatan bangsa yang telah teruji kesetiaan dan keikhlasannya, sehingga tanpa ragu ikut memberi warna terhadap pertumbuhan dan perkembangan bangsa ini dengan berbagai upaya pembangunan seperti bidang pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi dan bidang-bidang lainnya yang tak pernah henti hingga sekarang dan untuk masa datang, insya Allah.
Kini, dalam usianya memasuki abad ke-2, Muhammadiyah juga bertekad akan terus melanjutkan kiprahnya, meskipun dirasakan betapa berat dan besarnya tanggung jawab yang harus dipikul di masa datang, ibaratnya “Muhammadiyah akan berlayar di tengah karang”. Harapan kita tentu mudah-mudahan kepemimpinan Muhammadiyah saat ini betul-betul didukung oleh personil yang memenuhi harapan umat. Hendaknya mereka yang benar-benar ikhlas, sehat fisik dan mental, kuat aqidah dan tertib ibadah, amanah, cerdas, berilmu dan berpengalaman luas memimpin persyarikatan, punya waktu yang cukup dan berakhlaq mulia serta punya kemampuan ekonomi dan juga memahami karakteristik Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam, Gerakan Dakwah dan Gerakan Tajdid, di samping memiliki kekuatan “uswatun hasanah” baik pribadi maupun keluarganya.
Dengan demikian, mudah-mudahan Muhammadiyah tetap kuat dan berhasil membina kadernya yang siap meningkatkan kualitas amal usahanya untuk mendukung perjuangan mencapai “Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya” menuju “Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghafur”.[tabligh]
0 komentar:
Posting Komentar