Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah
Umat yang berkemajuan sadar betul bahwa untuk mencapai kemajuan dibutuhkan pengorbanan. Pelajar dan mahasiswa unggul tahu betul bahwa untuk memperoleh hasil yang maksimal dan membanggakan, maka dibutuhkan pengorbanan, yakni belajar yang gigih. Dan, diakhir pengorbanan tersebut selalu diakhiri dengan kegembiraan.
Puasa mengajarkan pribadi muslim untuk menjadi pribadi yang berkemajuan. Pribadi dimana, bulan ramadhan dijadikan sarana untuk melatih diri untuk memiliki kualitas muslim yang bertaqwa.
Puasa melatih kita untuk sadar, bahwa diakhir susah payah menahan dahaga dan lapar, selalu tersedia minuman dan makanan yang cukup untuk dinikmati pada saat berbuka puasa. Dan, itu pasti menggembirakan. Tentu, situasi tersebut bagi kita yang mampu secara ekonomi. Bagaimana dengan mereka yang miskin?. Susah payah menahan dahaga dan lapar, bukan latihan buat mereka, karena tidak ada kepastian apakah diakhir susah payah tersebut akan ada makanan dan minuman untuk melepas lapar dan dahaga ketika berbuka nanti. Tidak ada kegembiraan diakhir susah payah tersebut.
Jadi Puasa melatih kita untuk memaknai susah payah menahan dahaga kemudian merasakan kegembiraan yang teramat sangat ketika makanan dan minuman tersedia diakhir ketika berbuka, kesusahan dan kepayahan yang kita alami selama mulai dari terbit fajar sampai fajar menghilang dari pandangan mata. Ketika berbuka makanan dan minuman tersedia dengan cukup.
Rasa susah dan payah diakhir kegembira tersebutlah seharusnya dapat melahirkan sikap empati dan simpati kita kepada si Miskin. Maka menghadirkan kegembiraan kepada mereka adalah tanggungjawab kita sebagai muslim yang mampu secara ekonomi, karena tidak ada kegembiraan dari kesusahan dan kepayahan yang si miskin alami, maka memastikan mereka untuk mendapat kegembiraan diakhir kesusahan dan kepayahan mereka adalah tanggungjawab kita yang mampu secara ekonomi melalui sedekah. Itulah, mengapa puasa saya sebut sebagai bulan menebar kegembiraan.
Islam mengajarkan menyebarkan kegembiraan dalam beragama untuk seluruh umat, bukan hanya untuk umat se-agama tetapi juga umat berbeda agama. Setiap hari kita diajarkan untuk mengucapkan salam, “Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh” ungkapan doa untuk sesama agar selalu diberkahi dan memperoleh keselamatan dan kebahagian dalam hidup.
Islam tidak mengajarkan menebar kebencian. Puasa bahkan menjadi ruang untuk muslim yang bertaqwa menebarkan kegembiraan dan empati terhadap sesama, melalui ibadah puasa itu sendiri, dan sedekah. Anjuran untuk memaksimalkan sedekah disampaikan misalnya melalui hadist shahih Bukhari “Sesungguhnya Rasulullah saw adalah orang yang paling dermawan, dan kedermawaan beliau akan bertambah pada bulan Ramadhan ketika bertemu dengan Jibril. Beliau bertemu dengan Jibril setiap malam Ramadhan untuk mempelajari Al-Qur'an, dan Rasulullah saw lebih dermawan dari angin yang bertiup kencang." (HR Bukhari).
Jadi. Ramadhan adalah bulan dimana kegembiraan pada akhirnya harus hadir disetiap kehidupan umat Islam yang melaksanakan ibadah puasa. Tengoklah, pada akhir ramadhan pun, kita akan dianjurkan untuk kembali menebar kegembiraan kepada semua saudara-saudara muslim kita. Idhul Fitri nanti, semua umat Islam bergembira karena kembali kepada fitrahnya setelah bersusah payah melaksanakan puasa selama sebulan penuh, dan zakat menjadi instrument membagi kegembiraan untuk mereka yang miskin, agar mereka dapat merasakan kegembiraan sama dengan kita yang merasa kegembiraan pada hari raya tersebut.
Mari kita tetap jaga puasa ramadhan sebagai media untuk menebarkan kegembiraan beragama. Kegembiraan ber-islam. adalah tugas kita sebagai muslim untuk menunjukkan kepada umat beragama lain bahwa Islam adalah agama yang menebar kegembiraan bukan agama yang menebar kebencian. Fastabiqul Khoirot.
0 komentar:
Posting Komentar