728x90 AdSpace

Latest News
Kamis, 28 Mei 2015

Strategi Menghadang Gerakan Kristenisasi



Oleh: Drs. Abu Deedat Syihab, MH
Ketua Majelis Tabligh PD Muhammadiyah Kota Bekasi

Pendahuluan
Setelah pembahasan sebelumnya, bahwa kristenisasi bukanlah isu melainkan fakta dan realitas yang harus kita lawan dalam rangka kewajiban menjaga dan mengawal aqidah umat dari pemurtadan dan aliran sesat.

Dasar Dalil Kristenisasi
Dasar dalil kristenisasi berdasarkan amanat agung tuhan Yesus dalam kitab suci mereka. Melaksanakan Amanat agung Yesus Lintas budaya/agama berdasarkan Matius 28 : 19 dan Markus 16 : 15.
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus. (Matius 28 : 19)
Lalu Ia berkata kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. (Markus 16 : 15).
Kita lihat  lembaga misi “Yayasan Gideon Internasional” menyebarkan injil ke Lembaga-lembaga Islam antara lain; Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Bekasi, Yayasan Bani Saleh Bekasi dikirim Injil masing-masing sebanyak  150  eksemplar, sedangkan Pesantren Az-zaitun Indramayu dikirim sebanyak 1400  injil yang diterima oleh Ust. Saefudin Ibrahim yang  murtad masuk agama kristen dan sekarang sudah jadi pendeta.
Adapun dasar kristenisasi dengan cara yang licik termasuk berkedok Islam adalah sebagai berikut:
“Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.”  (Matius 10 : 16)
“Demikianlah bagi  orang  yahudi  aku  menjadi seperti  orang  Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang  Yahudi. Bagi orang-orang  yang  hidup  di bawah  hukum  Taurat  aku  menjadi  seperti orang  yang  hidup  di bawah  hukum  taurat,  supaya  aku  dapat  memenangkan mereka yang  hidup  di bawah  hukum  taurat.” (1 Korintus  9  :  20)

Dasar Dalil untuk Melakukan Perlawan terhadap Musuh

"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” (Q.S. Al Anfal : 60)
Dalam ayat tersebut kita harus mempersiapkan segala  kekuatan kita untuk menghadapi mereka termasuk menghadapi kristenisasi yang dilancarkan  oleh orang-orang  kafir, dan  seluruh komponen umat dan Lembaga-lembaga Islam  harus bersatu padu  sehingga akan  menggetarkan musuh-musuh Allah dan musuh kamu (kaum muslim).

Upaya Membendung Kristenisasi
Ada tugas-tugas yang harus dilakukan oleh setiap muslim  dan Lembaga Islam  untuk membendung kristenisasi, antara lain sebagai berikut:
  • Harus Lakukan Pembinaan ke dalam  yaitu  Memperkuat  akidah  dan memperkokoh ukhuwah. Kalau aqidah sudah kokoh tentu saja tidak mudah umat Islam dikristenkan atau tidak mudah paham-paham sesat mempengaruhi umat Islam.
  • Keluar Harus lakukan Perlawanan,  artinya kita  harus lakukan dakwah kepada mereka (non Muslim ), sehingga menyadari mereka berada dalam kesesatan. (Lihat Q.S. Ali Imran : 64)
  • Seluruh Ormas/Lembaga Islam  harus  bersinergi, artinya harus bekerja sama bukan hanya sama-sama kerja.

Sebagai individu muslim paling  tidak ada Lima (5) kewajiban yang harus dilaksanakan agar dapat menjaga aqidah Islam dari pemurtadan maupun dari paham dan aliran sesat:
  1. Wajib  mengkaji Islam, yaitu Al Qur’an  dan As-Sunnah. (Q.S. Al Baqarah [2] : 208)
  2. Wajib mengamalkan Islam,  setelah dikaji wajib mengamalkannya.
  3. Wajib  mengajarkan Islam, kita punya teman, sahabat, tetangga maka wajib mengajarkannya.
  4. Wajib memperjuangkan Islam, tentu dimana saja kita berada, baik dikantor, maupun di rumah wajib memperjuangkannya.
  5. Wajib membela Islam,  kalau Islam sudah dilecehkan, dihinakan, diinjak-injak wajib membelanya.

Ada beberapa  kiat atau upaya menangkal atau membendung kristenisasi, antara lain:
1.    Internalisasi nilai-nilai aqidah. Penanaman dan pemantapan aqidah sejak usia dini melalui pendidikan aqidah dan pemahaman sirah nabawiyah dan perjalanan para sahabat Rasulullah, termasuk menanamkan nilai-nilai hijrah Rasulullah bersama para sahabatnya untuk menyelamatkan iman dan Islam. Ternyata seluruh amal bermuara pada aqidah. Kalau aqidah benar, maka seluruh amal yang akan benar dan lurus, demikian pula akhlak pun akan bagus.
2.    Rekonsiliasi umat Islam secara paripurna. Umat Islam akan semakin lemah jika saling bermusuhan sesamanya. Justru, orang kafir akan merasa senang jika umat Islam terus bermusuhan secara internal, antar organisasi, antar lembaga keagamaan, dan antar jamaah. Rekonsiliasi harus direalisasikan antara pemerintah dan ulama, antara lembaga-lembaga atau ormas Islam, antara sekolah dan perguruan tinggi atau universitas, dan antara tokoh-tokoh masyarakat.
3.    Masjid  di jadikan Sebagai Pusat (Sentral) Pembinaan Umat. Memakmurkan masjid. Untuk dapat memakmurkan masjid dengan jamaah yang kompak, bersatu, dan penuh ukhuwah, maka diperlukan pemahaman dan penghayatan ajaran Islam secara benar. Apabila masjid-masjid sudah makmur dengan jamaah, maka akan dapat menggetarkan musuh-musuh Islam (kaum kafir). Umat Islam tidak akan mempunyai kekuatan jika masjid-masjid kosong, tanpa jamaah.
4.    Memiliki komitmen untuk mengaplikasikan syariat Islam. Implementasi syariat Islam tidak hanya sebatas slogan saja; tetapi harus benar-benar diwujudkan dalam berbagai aspek kehidupan secara kaffah (totalitas). Di sini dituntut adanya keberanian para umara dan ulama yang didukung oleh seluruh lapisan masyarakat untuk merealisasikannnya dengan penuh keikhlasan. Hukum-hukum ditegakkan dimulai dari kalangan atas (para pemimpin) kemudian turun ke bawah (rakyat), sebagai wujud keadilan. Pelaksanaan syariat diawali dengan pengamalan kewajiban pokok (fardhu ‘ain) kemudian menyusul penerapan hukuman dalam aspek kriminalitas (jinayah). Apabila kewajiban sudah dijalankan, insya Allah kejahatan akan menurun intensitasnya.
5.    Keteladanan ulama dan Pemimpin Pemerintahan. Saat ini rakyat mengalami krisis keteladanan, seakan-akan tidak ada lagi yang dapat diteladani baik dalam kehidupan sosial maupun agama. Ulama dan penguasa tidak mampu menunjukkan contoh yang baik bagi umat. Jarang sekali kita temukan ulama dan umara berada dalam satu saf di masjid-masjid ketika shalat jamaah. Dan hampir tidak dijumpai tradisi diskusi antara ulama dan umara dalam masalah-masalah hukum agama yang krusial, termasuk masalah aqidah yang benar.
6.    Menata manajemen dakwah yang handal. Selama ini dakwah berjalan secara natural, tanpa manajemen yang rapi dan terarah. Akibatnya, tidak ada evaluasi tingkat keberhasilan dakwah. Dakwah lebih bersifat verbalistik daripada praktik secara aplikatif. Demikian juga, para da’i berjalan masing-masing tanpa ada koordinasi yang jelas, begitu pula materi dakwah yang disampaikan lebih bersifat monoton; tanpa variasi yang membuka wawasan publik atau umat.
7.    Pemetaan lokasi dakwah (mapping) yang representatif. Sejauh ini, dakwah Islam berlangsung tanpa sasaran yang jelas. Pemetaan lokasi dakwah diperlukan untuk mengetahui lokasi-lokasi dan sasaran dakwah secara tepat; sehingga dapat diketahui pula tingkat keberhasilannya. Peta lokasi dakwah ini dapat digunakan oleh para muballigh yang akan terjun ke lapangan. Daerah perkotaan umumnya memperoleh informasi atau pesan agama yang relatif memadai dibandingkan daerah-daerah pedesaan. Secara umum, umat yang tinggal di daerah pedesaan hampir tidak tersentuh oleh dakwah. Konsekuensinya, masyarakat desa lebih mudah dipengaruhi dan “dirayu” oleh misionaris yang melancarkan kristenisasi; dan lebih mudah ditembus oleh aliran sesat.
8.    Perlu meningkatkan wawasan tentang kristologi dan berbagai aliran atau paham yang berkembang. Jika kita ingin membendung upaya kristenisasi maka yang perlu diketahui terlebih dahulu adalah seluk beluk agama Kristen dan strategi mereka dalam mempengaruhi umat Islam untuk pindah ke agama mereka. Artinya kalau mau menghadang musuh tentu harus  tahu strategi musuh.   Di samping itu, para da’i atau muballigh perlu juga mempelajari paham dan aliran, yang diduga sesat, yang sedang berkembang beserta pokok-pokok ajarannya.
9.    Pengkaderan da’i/da’iyah atau muballigh/muballighah. Selama ini, da’i/da’iyah atau muballigh/muballighah lahir secara alamiah, bukan hasil dari sebuah pendidikan yang dirancang untuk itu, sebagaimana umat Nasrani yang membuka sekolah khusus untuk calon misionaris, seperti Zending Huis di Belanda. Dalam hal ini umat tertinggal jauh, bahkan sulit ditemukan pengganti begitu seorang da’i/da’iyah atau muballigh/muballighah berakhir hidupnya. Apalagi untuk kategori muballighah atau da’iyah masih tergolong langka. Dalam kehidupan sehari-hari, kita kesulitan mencari muballighah yang bisa berkiprah di tengah-tengah kaum Hawa. Karena itu, sudah saatnya merancang sebuah pusat atau lembaga pengkaderan da’i/da’iyah atau muballigh/muballigah untuk masa depan.
10. Pemanfaatan multi-media. Jangkauan misi dakwah akan semakin luas jika digunakan aneka media baik media cetak maupun elektronik. Pemanfaatan media internet, seperti membuka website (situs jejaring sosial) dan pembuatan database dakwah, misalnya, dapat menyampaikan pesan atau misi Islam ke seluruh penjuru dunia dalam waktu yang relatif singkat dan cepat. Demikian juga, penggunaan laptop dengan in focus untuk kalangan terbatas juga sangat membantu dalam penyampaian pesan agama kepada masyarakat. Setiap masjid seharusnya sudah ada fasilitas semacam ini untuk memudahkan penyampaian materi dakwah dan menarik perhatian audience/jamaah.
11. Pemberdayaan Baitul Mal. Kelemahan jalannya dakwah Islam adalah karena kekurangan dana. Padahal potensi dana dari umat Islam sangatlah besar, baik dari zakat, infaq, hibah maupun wakaf. Dengan berfungsinya Baitul Mal, umat Islam akan lebih mudah melaksanakan berbagai program untuk melancarkan dakwah. Tanpa dana yang memadai, aktivitas dakwah tidak akan berjalan dengan baik, bahkan jalan di tempat; seperti pengalaman yang lalu. Karena itu, penghimpunan dana melalui pemungutan zakat dari orang-orang kaya mutlak diperlukan.
Demikian juga, mendorong umat Islam untuk mengeluarkan infaq dari sebagian harta untuk kepentingan fi sabilillah. Tentu saja, untuk pengelolaan Baitul Mal diperlukan tenaga-tenaga yang terampil dan profesional.
12. Perlunya membuat sistem perekonomian yang  Islami, dan perlu membuat jaringan bisnis dari para  agnia/pengusaha muslim dalam rangka mengangkat perekonomian umat. Di Jakarta banyak pengusaha muslim antara lain; pengusaha Swalayan Tip Top dan masih banyak . Semoga Allah meridhoi perjuangan  Kita. [tabligh]
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Item Reviewed: Strategi Menghadang Gerakan Kristenisasi Rating: 5 Reviewed By: Admin 1 TablighMu