Khutbah Pertama:
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ
نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ
لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ
الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ
وَرَسُولُه
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ
السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
Jamaah Jumat yang berbahagia...
Allah SWT
berfirman,
ذٰلِكَ الْكِتٰبُ
لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ ھدًى لِّلْمُتَّقِيْنَ الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ
وَ يُـقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَ مِمَّا رَزَقْنٰھمْ يُنْفِقُوْنَ وَ الَّذِيْنَ
يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ ۚ
وَبِالْاٰخِرَةِ ھمْ يُوْقِنُوْنَ
“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak
ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (Yaitu) mereka yang
beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian
rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab
(Al-Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah
diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah
orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Al Baqarah [2]: 2-5)
Maasyiral Muslimin
Rahimakumullah...
Termasuk
kandungan dari Al-Qur’an adalah berisi tentang ciri-ciri orang yang bertakwa. Yaitu orang-orang
yang memelihara
diri dari siksaan Allah SWT dengan
mengikuti segala perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-larangan-Nya. Di antaranya ciri-ciri orang yang bertakwa dapat dijumpai pada Al-Qur’an
Surat Al-Baqarah [2] ayat 2-4. Dalam ayat tersebut dijelaskan tentang keutamaan
takwa dan siapa saja yang termasuk dalam golongan orang-orang yang bertakwa.
Pertama,
beriman kepada yang ghaib. Percaya
kepada yang ghaib yaitu meyakini adanya sesuatu yang berwujud meskipun tidak
dapat ditangkap oleh panca indera, karena
ada dalil yang menunjukkan kepada adanya, seperti: adanya Allah SWT baik dalam
dzat maupun sifat-sifat-Nya, malaikat-malaikat-Nya, hari kebangkitan, hari
akhirat, surga beserta kenikmatannya dan neraka beserta azabnya dan sebagainya.
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang
kamu kerjakan.” (QS. Al Hujurat [49]: 18)
Jamaah Jumat yang berbahagia...
Syaikh
Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di menerangkan
bahwa inilah keimanan yang mampu membedakan antara yang muslim dan yang kafir,
karena sebuah pembenaran yang semata karena Allah SWT dan Rasul-Nya, maka seorang yang beriman adalah yang
mengimani segala sesuatu yang dikabarkan oleh Allah SWT tentangnya atau yang dikabarkan oleh Rasul-Nya baik
yang dia saksikan ataupun tidak, baik dia mampu memahami dan masuk dalam
akalnya, ataupun akal dan pemahamannya tidak mampu mencernanya.
Maasyiral Muslimin
Rahimakumullah...
Kedua,
mendirikan shalat. Syaikh
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi menjelaskan bahwa maksud Iqaamush shalah
yaitu menjadikannya tegak, dilaksanakan dan tidak ditinggalkan atau diremehkan. Shalat merupakan tiang agama,
maka barang siapa yang menegakkannya berarti ia menegakkan agama dan
barangsiapa meninggalkannya dan tidak menegakkannya berarti ia meninggalkan dan
meremehkan agamanya.
Termasuk
dalam menegakkan shalat yaitu menjadikannya memberikan efek bagi kehidupan
sehari-hari orang yang melaksanakannya. Allah
SWT berfirman, “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan)
keji dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut [29]: 45)
Jamaah Jumat yang berbahagia...
Ketiga,
menginfakkan sebagian harta. Hakikat rizki bukanlah
apa yang menjadi kepemilikan manusia melainkan nikmat yang diberikan oleh Allah
SWT sebagai salah satu bentuk kemurahan-Nya. Menafkahkan sebagian rizki, ialah
memberikan sebagian dari harta yang telah dirizkikan oleh Allah SWT kepada
orang-orang yang disyari'atkan oleh agama untuk memberinya, seperti keperluan
diri sendiri, istri, anak, kedua orang tua, termasuk bersedekah kepada
orang-orang fakir, orang-orang miskin, kaum kerabat, anak-anak yatim dan
lain-lain. Allah SWT berfirman, “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut
kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik
untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka
mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. At Taghabun [64]:
16)
Maasyiral Muslimin
Rahimakumullah...
Keempat,
Beriman kepada Kitab-kitab. Termasuk
ciri dari orang bertakwa adalah membenarkan wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada Rasulullah SAW,
yaitu Al-Qur’an dan kitab-kitab yang diturunkan kepada para rasul sebelumnya.
Disebutkan
oleh Al Imam Ibnu Katsir bahwa Ibnu Abbas RA mengatakan
tentang makna QS. Al Baqarah [2] ayat 4 ini adalah, “mereka percaya kepada apa
yang engkau datangkan dari Allah, juga percaya kepada apa yang telah diturunkan
kepada rasul-rasul sebelummu, tanpa membeda-bedakan di antara mereka dan tidak
mengingkari apa yang telah didatangkan oleh para rasul itu dari Tuhan mereka.”
Jamaah Jumat yang berbahagia...
Kelima,
yakin kepada akhirat. Yakin akan adanya kehidupan
akhirat ialah benar-benar percaya akan adanya kehidupan sesudah dunia berakhir.
Iman kepada hari akhirat adalah termasuk salah satu rukun iman yang merupakan
pendorong yang paling besar dalam hal harapan dan kekhawatiran, sehingga melahirkan
perbuatan-perbuatan untuk menyambut datangnya hari akhir tersebut, yaitu
amalan-amalan shalih. Karena kesenangan-kesenangan duniawi itu hanya sebentar
dan tidak kekal. Allah SWT berfirman, “Dan tiadalah kehidupan dunia ini,
selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu
lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS.
Al-An’am (6): 32)
أَقُوْلُ
قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ
إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah Kedua:
الحَمْدُ للهِ
رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ
وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Maasyiral Muslimin
Rahimakumullah...
Setelah
menerangkan tentang ciri-ciri orang yang bertakwa dalam tiga ayat tersebut, Allah SWT kemudian menutupnya dengan firman-Nya, “Mereka
itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah
orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Baqarah [2]: 5)
Jamaah Jumat yang berbahagia...
Artinya,
orang-orang yang bertakwa tersebut adalah orang yang mendapatkan petunjuk dari
Allah SWT, dan mereka adalah orang-orang yang mendapat apa-apa yang
dimohonkannya kepada Allah SWT sesudah mengusahakannya, yaitu keberuntungan. Ibnu Taimiyah berkata, “Keutamaan
bukan karena kekayaan dan kefakiran, tetapi karena takwa. Jika ada dua orang
yang sama dalam takwanya, berarti keduanya sama dalam derajatnya.”
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ
يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا
عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدّعَوَاتِ.
اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ
حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا
اجْتِنَابَهُ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ
الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ.
0 komentar:
Posting Komentar