Judul buku : Ijtihad Semantik dalam Ushul Fikih
Ukuran : 14.5 x 20.5 cm
Ukuran : 14.5 x 20.5 cm
Hal : xx + 312 hal
Penulis : Wahyudi Sarju Abdurrahim
Penerbit : Citra Pustaka Yogyakarta
Allah menurunkan teks al-Quran sebagai hidayah bagi umat manusia. Al-Quran juga membawa ajaran agama yang bersifat universal dan dapat diterapkan kapan dan di mana saja. Agar nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat dibumikan, tentu teks harus dapat dipahami oleh pembaca (mujtahid). Di sini lantas muncul persoalan mengenai makna teks, dan sejauh mana pembaca dapat memahami teks tersebut. Sesungguhnya, dengan ilmu semantik, teks seakan mengajak dialog dengan pembaca (mujtahid). Teks (al-Quran) memberikan informasi tak terbatas.
Dikatakan tak terbatas, karena sejak teks tersebut diturunkan hingga saat ini, pembaca (mujtahid) selalu menemukan informasi aktual yang belum pernah ditemukan oleh pembaca sebelumnya. Tentu ini tidak mengherankan, karena al-Quran (ruhul Quran, bukan bahasa al-Quran) adalah kalamullah yang tidak terbatas. Lantas sejauh mana peran pembaca (mujtahid)? Di sini, pembaca (mujtahid) bertugas untuk menggali sebanyak mungkin informasi yang tidak terbatas tadi.
Pembaca dituntut untuk menguasai berbagai kata kunci dalam metode pembacaan teks melalui kaidah semantik. Buku ini memberikan informasi menarik mengenai berbagai kata kunci kebahasaan agar teks dapat dipahami. Buku ini mencoba untuk memberikan jawaban terkait sistem interaksi dengan teks dan posisi pembaca (mujtahid) kaitannya dengan teks. Buku ini menjadi penting karena menyuguhkan pisau analisis terkait sistem pembacaan teks yang berasal dari turas Islam. Ia sekaligus menjadi jawaban bagi sarjana kontemporer yang terlanjur silau dengan sistem pembacaan teks Barat sementara buta terhadap sistem pembacaan teks yang lebih sesuai dengan karakter bahasa al-Quran. (Almuflihun)
Penulis : Wahyudi Sarju Abdurrahim
Penerbit : Citra Pustaka Yogyakarta
Allah menurunkan teks al-Quran sebagai hidayah bagi umat manusia. Al-Quran juga membawa ajaran agama yang bersifat universal dan dapat diterapkan kapan dan di mana saja. Agar nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat dibumikan, tentu teks harus dapat dipahami oleh pembaca (mujtahid). Di sini lantas muncul persoalan mengenai makna teks, dan sejauh mana pembaca dapat memahami teks tersebut. Sesungguhnya, dengan ilmu semantik, teks seakan mengajak dialog dengan pembaca (mujtahid). Teks (al-Quran) memberikan informasi tak terbatas.
Dikatakan tak terbatas, karena sejak teks tersebut diturunkan hingga saat ini, pembaca (mujtahid) selalu menemukan informasi aktual yang belum pernah ditemukan oleh pembaca sebelumnya. Tentu ini tidak mengherankan, karena al-Quran (ruhul Quran, bukan bahasa al-Quran) adalah kalamullah yang tidak terbatas. Lantas sejauh mana peran pembaca (mujtahid)? Di sini, pembaca (mujtahid) bertugas untuk menggali sebanyak mungkin informasi yang tidak terbatas tadi.
Pembaca dituntut untuk menguasai berbagai kata kunci dalam metode pembacaan teks melalui kaidah semantik. Buku ini memberikan informasi menarik mengenai berbagai kata kunci kebahasaan agar teks dapat dipahami. Buku ini mencoba untuk memberikan jawaban terkait sistem interaksi dengan teks dan posisi pembaca (mujtahid) kaitannya dengan teks. Buku ini menjadi penting karena menyuguhkan pisau analisis terkait sistem pembacaan teks yang berasal dari turas Islam. Ia sekaligus menjadi jawaban bagi sarjana kontemporer yang terlanjur silau dengan sistem pembacaan teks Barat sementara buta terhadap sistem pembacaan teks yang lebih sesuai dengan karakter bahasa al-Quran. (Almuflihun)
0 komentar:
Posting Komentar