728x90 AdSpace

Latest News
Rabu, 20 Januari 2016

Prospek Sarjana Ilmu Alquran dan Tafsir


Dr. H. Syamsul Hidayat, M.A
Kepala Program Studi Ilmu Alquran dan Tafsir Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Surakarta
 
Alquran bagi umat Islam merupakan kitab suci, pedoman, dan rujukan bagi hidup dan kehidupan. Alquran benar-benar kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, murni tanpa campur tangan pikiran dan kepentingan Muhammad SAW. Alquran selalu terjaga kemurniannya dari dari tangan-tangan jahil.
Allah menjamin kesucian dan kemurnian Alquran melalui kuasa-Nya dan  melalui para huffadz (penghafal Alquran). Bagi kalangan akademisi dan ilmuwan muslim, bahkan nonmuslim, Alquran bisa menjadi sumber ilmu, sumber kebenaran, serta sumber inspirasi bagi kegiatan keilmuan, baik dalam pendidikan dan pengajaran maupun penelitian ilmiah dan pengabdian kepada masyarakat.
Dari kajian Alquran telah melahirkan beribu, bahkan berjuta risalah, skripsi, tesis, maupun disertasi. Ditemukan ribuan bahkan jutaan risalah (artikel ilmiah) dan buku kajian Alquran baik dari ulama, cendekiawan, mubalig, dai, maupun dari kalangan nonmuslim seperti kalangan orientalis.
Dari segi ini kajian Alquran dan tafsirnya merupakan kajian yang menjanjikan, baik secara ilmiah intelektual maupun dari segi budaya, ekonomi, dan sosial kemasyarakatan. Pendidikan dan pengajaran Alquran kini bermunculan seperti jamur di musim hujan, dalam bentuk mahad tahfizul Quran (pesantren penghafal Alquran), mahad tarbiyatul Quran (pesantren pendidikan Alquran), dan sebagainya.
Studi ilmu-ilmu Alquran dan ilmu-ilmu tafsir Alquran merupakan bidang kajian yang menjanjikan bagi para peminat kajian ini sebagai bekal bagi umat Islam untuk menggapai kehidupan ukhrawi karena pendalaman terhadap Alquran akan membimbing seorang muslim senantiasa berada di jalan yang benar sesuai petunjuk Alquran dan sunah.
Pada saat yang sama juga menjanjikan dalam dunia kerja duniawi, baik dalam profesi formal seperti pendidikan keislaman (guru, ustaz, dosen), khususnya dalam bidang ilmu Alquran dan penafsirannya atau penyuluh agama di Kementerian Agama, juga peneliti bidang keagamaan dan keislaman di lembaga-lembaga ilmiah negeri maupun swasta.
Bidang kerja lainnya adalah profesi kemasyarakatan sebagai dai, mubalig, konsultan agama, dan konsultan syariat dalam lembaga hukum dan bisnis syariat. Begitu luas lapangan kerja yang dapat dimasuki oleh lulusan Program Studi Ilmu Alquran dan Tafsir ini.

Perlu Sosialisasi
Belum banyak yang mengetahui hal ini. Banyak masyarakat awam kalangan umat Islam mengira kajian ilmu Alquran dan tafsir tidak memiliki masa depan dan prospek di dunia kerja. Ini dialami beberapa perguruan tinggi Islam negeri maupun swasta yang membuka Program Studi Ilmu Alquran dan Tafsir yang cenderung sepi peminat.
Kondisi ini mendorong beberapa perguruan tinggi “banting harga”, bahkan ada yang menyediakan beasiswa kepada seluruh mahasiswa program studi itu. Kalau ditawarkan ala pasar bebas dengan biaya studi sama dengan program studi lainnya, yang memilih Program Studi Ilmu Alquran dan Tafsir hampir nihil.
Sebagian perguruan tinggi membuka program studi ini dengan beasiswa. Tentu tidak semua perguruan tinggi mampu menyediakan beasiswa yang memadai. Perlu peran serta masyarakat dan umat Islam untuk mendukung kaderisasi ulama ilmu Alquran dan tafsir ini.
Ketika saya diamanati merintis program studi ini di Universitas Muhammadiyah Surakarta, seiring dengan digalakkannya kurikulum berbasis kerangka kualifikasi nasional Indonesia (KKNI) dan standar nasional perguruan tinggi (SNPT), setelah mengkaji mendalam ternyata lulusan program studi ini memiliki prospek yang sangat menjanjikan dan memiliki peluang yang luas untuk memasuki dunia kerja bila orientasi masyarakat umum bahwa kuliah di perguruan tinggi selalu dikaitkan dengan dunia dan bursa kerja.
Pertama, lulusan Program Studi Ilmu Alquran berpeluang utama sebagai kader ulama ahli tafsir Alquran, kemudian menjadi  mubalig dan dai yang menguasai ilmu Alquran dan sunah. Peluang sektor ini tanpa sertifikasi karena lulusan yang ilmunya mumpuni pasti akan terserap masyarakat secara langsung.
Kedua, peneliti dan penyuluh agama yang memiliki keahlian istimewa dengan ilmu Alquran yang dikuasainya karena Alquran tidak akan pernah habis dikaji dari berbagai segi keilmuan. Umat Islam Indonesia membutuhkan lahirnya peneliti-peneliti bidang keislaman yang memberikan pencerahan bagi umat, khsusnya berkenaan dengan kajian Alquran dan sunah.
Balai Penelitian dan Pengembangan Kementerian Agama terus menunggu lahirnya penelitian-penelitian yang bermutu bagi pengembangan umat Islam dan peran agama bagi pengembangan masyarakat, termasuk yang berbasis ilmu Alquran dan tafsir.
Di tingkat dunia, Rabitah Alam Islami, ada lembaga khusus pengkaji sisi keilmuan Alquran dan sunah. Lembaga ini dinamai Komisi I’jaz Ilmi lil Quran wa Sunnah yang telah menghasilkan ratusan judul buku dan monografi ilmiah mengenai Alquran dan sunah yang memberikan manfaat bagi umat Islam khususnya dan membuka mata dunia akan kunggulan Alquran dan sunah.
Ketiga, dunia pendidikan. Selama ini masyarakat masih beranggapan dunia pendidikan hanya bisa dimasuki lulusan program studi kependidikan seperti tarbiah, pendidikan agama Islam, pendidikan guru madrasah ibtidaiah, pendidikan guru raudhatul athfal, atau program studi di dalam dalam naungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).
Kemunculan program pendidikan profesi guru (PPG) membuka peluang lulusan program studi nonkependidikan termasuk bisa menjadi pendidik profesional (ustaz, guru, dosen) bidang keislaman dengan kompetensi khusus bidang Alquran dan tafsir. Justru lulusan program studi kependidikan dan keguruan belum tentu bisa menjadi pendidik atau guru profesional sebelum mengikuti program PPG.

Kaderisasi Ulama
Melihat peluang di atas, umat Islam perlu membuka mata bahwa kajian studi keislaman termasuk studi ilmu Alquran dan tafsir mestinya menjadi perhatian utama para orang tua maupun generasi penerus umat. Orientasi masyarakat saat ini dalam memilih program studi memang selalu dikaitkan dengan dunia kerja.
Sistem pendidikan nasional kita juga mengarahkan proses pendidikan di negeri ini untuk memasuki bursa kerja. Ini mengakibatkan jurusan dan program studi keagamaan sepi peminat karena dianggap kurang memiliki peluang kerja.
Ternyata tidak demikian adanya. Paparan di atas menunjukkan peluang kerja lulusan studi keislaman, khususnya studi ilmu-ilmu Alquran dan tafsir, justru sangat luas bila dikaitkan dengan dunia dan pasar kerja. Artinya program studi keislaman dapat berperan multifungsi, yaitu sebagai pusat kaderisasi ulama tafsir Alquran yang juga sekaligus pendidikan calon profesional yang dapat mengisi dunia dan pasar kerja yang sangat luas.
Lembaga-lembaga pemerintah dan lembaga swasta, juga para dermawan, perlu mengambil peran konkret melahirkan kader-kader bangsa, baik sebagai calon ulama maupun profesional, dengan menyediakan beasiswa untuk peminat ilmu-ilmu Alquran dan tafsir sehingga krisis ulama dan profesional bidang keislaman dapat diatasi sedini mungkin.

*) Tulisan ini sebelumnya dimuat pada rubrik Gagasan Solopos, Selasa (19/1/2016)
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Item Reviewed: Prospek Sarjana Ilmu Alquran dan Tafsir Rating: 5 Reviewed By: Admin 1 TablighMu