Oleh: Ahmad Nasri
Judul Buku : Revolusi Menghafal Al-Qur’an
Judul Asli : Khairu Mu’in Fi Hifdzi Al-Qur’an Al-Karim
Penulis : Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi (Al-Hafizh)
Penerjemah : Dinta
Cetakan : Ke-7, Agustus 2013
Penerbit : Insan Kamil, Solo
Tebal : 180 halaman
No. ISBN : 978-979-1296-56-4
Menghafal Al-Qur’an secara lengkap 30 juz pasti merupakan harapan yang -paling tidak- pernah terlintas di hati setiap muslim. Karena seorang penghafal (hafizh) Al-Qur’an memiliki berbagai kemuliaan dan keutamaan di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun seringkali upaya terpuji untuk menghafal Al-Qur’an tersebut dihadapkan dengan berbagai macam kendala. Mulai dari rasa terbatasnya waktu yang tersedia, kemampuan menghafal yang pas-pasan, hingga hilangnya hafalan yang sebelumnya telah diperoleh.
Buku dengan judul “Revolusi Menghafal Al-Qur’an” ini merupakan karya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dari buku berbahasa Arab yang berjudul “Khairu Mu’in Fi Hifdzi Al-Qur’an Al-Karim”. Sebuah buku bagus yang ditulis oleh Syaikh Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi, seorang hafizh yang juga pembimbing para penghafal Al-Qur’an di Mesir.
Oleh penulisnya, buku ini dibagi menjadi delapan bab. Bab 1 berbicara tentang keutamaan Al-Qur’an dan penghafalnya; bab 2 tentang faidah-faidah bagi penghafal Al-Qur’an; bab 3 mempertanyakan mengapa kita harus menghafal Al-Qur’an; bab 4 menuliskan secara lengkap sebab-sebab yang membantu dalam menghafal Al-Qur’an; bab 5 tentang pentingnya mengetahui Al-Mutasyabihat (ayat-ayat yang serupa) dalam Al-Qur’an; bab 6 metode menghafal Al-Qur’an; bab 7 teknik bermurajaah (mengulangi) hafalan Al-Qur’an dan yang terakhir bab 8 berisi tabel hafalan dan murajaah.
Pada bab 1 (hlm 21-30), penulis mengetengahkan banyak sekali dalil baik yang berasal dari Al-Qur’an maupun hadis Nabi shalallahu ‘alaihi wasallamyang berkenaan tentang keutamaan Al-Qur’an dan penghafalnya. Diantara ayat-ayat Al-Qur’an yang menunjukkan tentang keutamaan Al-Qur’an yaitu firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.” (Q.S. Al Baqarah [2]: 2)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Al-Qur’an akan datang pada hari kiamat, kemudian dia berkata, ‘Wahai Rabbku, bebaskanlah ia.’ Kemudian orang itu dipakaikan mahkota karamah (kemuliaan). Al-Qur’an kembali meminta, ‘wahai Rabbku tambahkanlah,’ maka orang itu dipakaikan jubah karamah. Kemudian Al-Qur’an memohon lagi, ‘Wahai Rabbku, ridhailah ia,’ maka Allah meridhainya. Dan diperintahkanlah kepada orang itu, ‘Bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga), dan kamu bertambah satu kebaikan dalam setiap ayat itu’.” (H.R. At-Tirmidzi)
Selanjutnya pada bab 2 penulis menerangkan beberapa faidah yang didapatkan oleh para penghafal Al-Qur’an, di antaranya: Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintai para penghafal Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala menolong para penghafal Al-Qur’an, Al-Qur’an memacu semangat dan membuat lebih giat beraktifitas, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberkahi para penghafal Al-Qur’an, para penghafal Al-Qur’an mendapatkan pemahaman yang benar, doa orang yang hafal Al-Qur’an tidak tertolak dan orang yang hafal Al-Qur’an adalah orang yang memiliki perkataan yang baik (hlm 31-41).
Pada bab 3 penulis menerangkan diantara sebab terpenting yang membantu dalam menghafal Al-Qur’an adalah menentukan alasan mengapa kita menghafal Al-Qur’an. Banyak orang yang suka menghafal Al-Qur’an, tetapi mereka tidak bertanya kepada diri mereka tentang sebab keinginan mereka menghafal Al-Qur’an.
Karena barang siapa yang tidak menentukan targetnya, maka dia tidak akan sampai pada akhir tujuannya. Barang siapa yang tujuannya tidak murni karena Allah Subhanahu wa Ta’ala saja (tidak ikhlas), maka dia tidak akan mendapatkan pertolongan dan dorongan terhadap suatu urusan, juga tidak akan ada yang akan membuatnya sabar terhadap suatu urusan tersebut (hlm 43).
Pada bab selanjutnya (bab 4), penulis menerangkan sebab-sebab yang dapat membantu dalam menghafal Al-Qur’an, yaitu: Berdoa, bertawakal pada AllahSubhanahu wa Ta’ala, mengikhlaskan niat semata karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, menjalankan kewajiban dan menjauhi perbuatan maksiat, mencintai Al-Qur’an sepenuh hati, mendengarkan rekaman bacaan Al-Qur’an, menghindari riya’ dan bisikan syetan, menghafal dari satu cetakan mushaf Al-Qur’an, tidak menunda-nunda untuk mulai menghafal, memperhatikan ayat-ayat yang memiliki kesamaan lafadz dan membantu menguatkan hafalan dengan membacanya saat shalat (hlm 45-58).
Pada bab 5 penulis menerangkan tentang ayat-ayat mutasyabihat, yaitu ayat-ayat yang memiliki kesamaan atau kemiripan lafadz, yang sering menyebabkan penghafal salah menyebutkan ayat. Salah satu sebab yang dapat membantu dalam menghafal Al-Qur’an, yaitu mengetahui ayat-ayat mutasyabihat di dalam Al-Qur’an serta cara membedakan di antara keduanya.
Hal ini dilakukan dengan mengikat antara bagian ayat dengan ayat lainnya, sekaligus membuat tanda-tanda tertentu untuk ayat-ayat yang sulit dihafal atau sering terlupa. Inilah yang akan menjadikan kita benar-benar ahli dan mahir tentang Al-Qur’an (hlm 59).
Al-Qur’an kurang lebih terdiri dari 6000 ayat, sekitar 2000 ayat di dalamnya adalah ayat-ayat yang sama dari segi lafadznya. Adapun kadar tasyabuh (kesamaan) ayatnya berbeda-beda, mulai dari ayat-ayat yang sama persis (lafadznya), ada juga yang berbeda satu, dua atau lebih. Baik dari segi huruf ataupun kata (hlm 60). Oleh karena itu, seorang penghafal Al-Qur’an harus memberikan perhatian khusus tentang ayat-ayat mutasyabihat ini.
Menghafal dan muraja’ah secara konsisten adalah metode yang biasa digunakan penulis bersama keluarga dan murid-murid yang sedang menghafal Al-Qur’an. Karena pada dasarnya tidak ada hafalan tanpa muraja’ah.
Bab 6 ini adalah bab pokok dan terpenting dalam buku ini. Tentunya kita tetap harus membaca bab-bab sebelumnya. Dalam bab ini penulis menjelaskan bagaimana metode menghafal Al-Qur’an, yaitu: mulai dengan memperbaiki bacaan Al-Qur’an terlebih dahulu dan mempelajari faidah-faidahnya, menyediakan waktu dan tempat yang tapat untuk menghafal, menggunakan tabulasi (tabel) hafalan dan petunjuk penggunaanya, menulis ayat dan halaman yang dihafal setidaknya lima kali, mengulang-ulang hafalan dan memperdengarkan hafalan kepada orang lain (tasmi’).
Selanjutnya sampailah bab 7. Bab yang menurut penulisnya disediakan khusus bagi mereka yang telah dikaruniai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala keberhasilan menyelesaikan seluruh target hafalan Al-Qur’an, atau dia sudah menghafal lebih dari setengah al-Qur’an dan ingin mengulangi serta menguatkan sebelum menyelesaikan hafalan seluruhnya.
Cara yang tepat untuk mengulangi hafalan Al-Qur’an, yaitu cara yang di praktekkan oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya radhiallahu ’anhum, yaitu tentang tahap demi tahap untuk mencapai derajat yang tinggi ini. Diantara cara mengulang hafalan yang tepat adalah dengan membagi Al-Qur’an menjadi beberapa hizb (tahzib).
Pada bab terakhir (bab 8) penulis menyajikan lengkap kepada kita tabel-tabel hafalan Al-Qur’an mulai dari tabel hafalan tiap juz sampai tabel murajaah tiap surat. Tabel ini bahkan memakan banyak halaman buku ini (hlm 113-178). Dengan tabel tersebut diharapkan semakin mempermudah setiap muslim untuk menghafal Al-Qur’an karena sudah disediakan panduannya.
Demikianlah beberapa hal yang terdapat dalam buku Revolusi Menghafal Al-Qur’an. Hal lain yang menarik dari buku ini adalah semua yang mengenai hafalan Al-Qur’an sepertinya telah tercantum semua didalamnya dan dijelaskan dengan gamblang oleh penulisnya. Panduan dalam buku ini tampaknya bisa di terapkan dalam program tahfidz bagi mahasiswa, pekerja, ibu rumah tangga atau orang-orang yang “memvonis” dirinya sibuk, tidak punya waktu untuk menghafal Al-Qur’an.
Penulis buku ini Syaikh Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi tidak hanya menyajikan teori semata, tetapi apa yang ditulisnya ini merupakan pengalaman langsung dari beliau selama 40 tahun menghafal dan mengajarkan Al-Qur’an. Ya, buku ini memang merupakan hasil penelitian dan pengalaman penulis dalam mengajar Al-Qur’an selam 40 tahun. Hal inilah yang menjadikan buku ini memiliki kelebihan tersendiri jika di bandingkan buku-buku sejenis yang hari ini beredar di kalangan umat Islam. Maka sudah selayaknya kaum muslimin membaca buku ini dan mempraktikkannya. Wallahu a’lam
0 komentar:
Posting Komentar