728x90 AdSpace

Latest News
Senin, 30 Desember 2024

Urgensi Ibu dalam Kaderisasi Generasi

 

Mu’tamaroh Kurnianingsih, S.E

Anggota Majelis Pembinaan Kader (MPK) Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah Blimbing, Sukoharjo

 

Peran ibu dalam Islam bukan semata sebagai pengasuh bagi anak-anaknya, tetapi lebih dari itu, ibu memiliki tanggung jawab besar dalam kaderisasi generasi yang kelak menjadi penerus perjuangan di tengah masyarakat. Islam memandang perempuan, khususnya ibu, sebagai tiang keluarga dan generasi. Peran mereka tidak sekadar mengurus rumah tangga, tetapi juga mendidik generasi yang berlandaskan keimanan dan ketakwaan. Kaderisasi merupakan upaya mempersiapkan generasi baru dengan karakter yang kuat, keilmuan, dan keterampilan untuk dapat berperan di tengah masyarakat.

Sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur'an, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat [49]: 13). Ayat ini mengatakan dengan terang bahwa kemuliaan manusia di sisi Allah SWT bukan ditentukan oleh jenis kelamin atau asal-usulnya, melainkan karena ketakwaannya. Dengan demikian, laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama.

Contoh yang luar biasa dalam hal ini di antaranya adalah Ibunda Khadijah binti Khuwailid RA, istri Nabi Muhammad SAW. Ketika Rasulullah SAW menerima wahyu pertama, Khadijah RA hadir sebagai pendamping yang menguatkan hati beliau. Menyokong perjuangan Rasulullah SAW tanpa keraguan sedikitpun, menyumbangkan seluruh hartanya, dan memberikan motivasi pada masa sulit. Sosok Khadijah RA adalah teladan bagaimana seorang istri berperan dalam mendukung suaminya dan mempersiapkan generasi yang beriman.

Di Nusantara kita juga memiliki sosok perempuan yang inspiratif, di antaranya yaitu Nyai Walidah Dahlan. Sebagai istri pendiri Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan, Nyai Walidah aktif dalam medan perjuangan dan jalan dakwah bersama suaminya. Ketika masyarakat menentang pemikiran-pemikiran visioner KH. Ahmad Dahlan, Nyai Walidah tetap setia mendampingi dan menyokong perjuangan tersebut. Seperti Khadijah RA yang menjadi ummul mukminin, ibu bagi kaum beriman, Nyai Walidah tak hanya menjadi ibu bagi anak-anaknya, tetapi juga bagi masyarakat luas melalui perannya yang besar di ‘Aisyiyah, organisasi perempuan Muhammadiyah.

Kaderisasi generasi dimulai sejak dini, bahkan dari dalam kandungan. Dalam Islam, ibu dianjurkan untuk senantiasa berzikir kepada Allah SWT, membaca Al-Qur’an, dan melakukan amalan baik selama masa kehamilan. Tindakan ini pasti akan memiliki pengaruh positif pada perkembangan spiritual dan mental anak yang berada di dalam kandungan ibunya. Setelah lahir, tumbuh kembang karakter seorang anak sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang ditanamkan oleh ibu dan keluarganya sejak kecil. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Setiap bayi yang lahir berada di atas fitrahnya. Lalu ayahnya-lah yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Al Bukhari)

Ibu adalah sosok yang paling dekat dengan anak-anak, sehingga memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk akhlak mereka. Dalam hadis, Rasulullah SAW menyebut “Dan perempuan menjadi pemimpin di rumah suaminya, dia akan dimintai pertanggungjawaban mengenai orang yang diurusnya.” (HR. Al Bukhari). Hal ini menunjukkan betapa besar peran ibu dalam menyiapkan generasi dan mendidik anak-anak di dalam rumah. Anak-anak akan banyak belajar dari ibunya dalam kehidupan sehari-hari.

Di rumah, ibu bukan hanya menjadi pengasuh tetapi juga pembentuk karakter anak-anaknya. Rasulullah SAW menekankan bahwa pendidikan agama sejak kecil sangat penting agar anak-anak dapat tumbuh dengan landasan yang kuat dalam Islam. Ibu yang membimbing anak-anak untuk mengenal Allah SWT dan ajaran Islam secara baik, akan membentuk generasi yang mampu menegakkan nilai-nilai kebenaran di tengah masyarakat. Karenanya, meskipun perempuan berkarya di berbagai bidang di luar rumah tidak lantas membuatnya melupakan tugas utamanya di rumah sebagai ‘madrasatul ula’, sumber pendidikan pertama bagi anak–anaknya, darah dagingnya sendiri.

Meskipun demikian, kaderisasi generasi ini tidak dapat dilakukan tanpa dukungan dari ayah. Dalam sebuah keluarga, ibu dan ayah harus bekerja sama dalam mendidik anak-anak mereka. Ayah sebagai kepala keluarga dan ibu sebagai madrasah pertama adalah dua pilar utama dalam pendidikan keluarga. Ketika kedua orang tua bersinergi, anak-anak akan tumbuh dalam suasana yang harmonis dan penuh kasih sayang, yang akan memudahkan mereka dalam menerima nilai-nilai kebaikan.

Kaderisasi generasi juga berkaitan dengan tantangan zaman. Dalam era modern yang penuh dengan berbagai tantangan global seperti degradasi moral dan kemajuan teknologi yang tak mungkin dibendung, peran ibu menjadi semakin penting. Hal ini sesuai dengan pesan yang konon pernah disampaikan oleh Ali bin Abu Thalib RA, “Didiklah anak sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup pada zamannya, bukan pada zamanmu”. Ibu harus mampu menanamkan nilai-nilai agama kepada anak-anaknya, sehingga mereka tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Di tengah perkembangan zaman, seorang ibu harus kreatif dalam mendidik anak-anaknya. Tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga ilmu pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan zaman. Dengan demikian, anak-anak akan memiliki bekal yang kuat untuk bersaing di dunia global tanpa melupakan nilai-nilai keislaman yang mereka bawa.

Seorang ibu harus memiliki pengetahuan agama yang cukup untuk menjadi pendidik bagi anak-anaknya. Oleh karena itu, ibu perlu memperluas wawasannya, baik melalui kajian agama, pendidikan orang tua (parenting), maupun melalui pengalaman hidup. Hal ini akan membantu ibu dalam mendidik anak-anaknya agar siap menghadapi berbagai tantangan di masyarakat. Inilah pentingnya komunitas perempuan seperti ‘Aisyiyah, yang berfokus pada pemberdayaan perempuan dan pendidikan. Agar kaum perempuan dapat menjadi ibu yang cerdas, berdaya, dan mampu mendidik generasi penerus dengan baik. Melalui ‘Aisyiyah, kaum perempuan dapat belajar dan berkembang bersama, memperdalam ilmu agama, serta mengasah keterampilan dalam berbagai aspek kehidupan.

Karena di tengah masyarakat, perempuan juga berperan sebagai penggerak dalam komunitas. Kehadiran ibu dalam kegiatan sosial, seperti pengajian atau kajian ilmu, memiliki dampak yang sangat positif. Dalam pertemuan ini, kaum ibu dapat berdiskusi, berbagi pengalaman, dan memberikan nasihat satu sama lain, sehingga dapat saling menguatkan dalam menjalankan peran mereka sebagai pendidik generasi.

Kaderisasi generasi juga membutuhkan keteladanan. Seorang ibu harus mampu menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya dalam segala hal, baik dalam aqidah, ibadah, akhlak, maupun dalam aktivitas sehari-hari. Sebagaimana dikatakan oleh pepatah, “Perempuan adalah tiang negara, apabila perempuannya baik, maka negara akan baik.” Artinya, kualitas suatu bangsa dapat dilihat pula dari bagaimana kualitas para ibunya.

Para muslimah saat ini bisa menapaki jejak Ummu Sulaim RA yang berhasil menjadikan anaknya sebagai putra yang shalih. Salah satu anaknya yang bernama Anas bin Malik RA masuk Islam karena pengaruh ibunya yang juga seorang muslimah. Anas kemudian menjadi salah satu perawi hadits terbesar dalam sejarah Islam, karena sering mendampingi Nabi SAW, menyaksikan peristiwa penting, dan mendengar langsung banyak perkataan Nabi SAW. Padahal bapaknya, Malik bin Nadhar adalah orang kafir yang dengan keras melarangnya untuk mengikuti ibunya yang beriman kepada Nabi Muhammad SAW.

Ibu sebagai penanggung jawab dalam rumah tangga harus menunjukkan keteladanan dalam beramar makruf nahi munkar kepada anak-anaknya. Ketika ibu menunjukkan sikap yang baik, anak-anak akan cenderung mengikuti jejaknya. Sebaliknya, jika ibu menunjukkan perilaku yang bertentangan dengan ajaran Islam, maka anak-anak pun akan terpengaruh ke arah sama. Anak-anak sangat memperhatikan kebiasaan dan perilaku ibunya. Jika ibu terbiasa shalat tepat waktu, berpuasa, dan membaca Al-Qur’an, berkata dan berbuat yang baik, maka anak-anak akan terbiasa dengan hal-hal tersebut.

Sebaliknya, jika ibu sering melakukan hal-hal yang tidak baik, seperti menggunjing, berbohong dan berkata kasar, anak-anak pun akan dengan mudah meniru hal-hal negatif tersebut. Seperti halnya istri Nabi Nuh, yang berhasil ‘mendidik’ anaknya untuk tetap berada dalam kekafiran, mendurhakai Allah SWT dan menolak ajakan ayahnya yang mengemban risalah Ilahi. Anak Nabi Nuh tetap dalam kekafiran karena pengaruh sang ibu, yang juga tidak beriman. Hingga puncaknya, Allah SWT membinasakan mereka (istri dan anak Nabi Nuh) bersama kaum Nabi Nuh yang enggan beriman. Na’udzubillah.

Tidak hanya itu, ibu juga memiliki peran besar dalam mempersiapkan anak-anaknya menjadi pemimpin masa depan. Dengan memberikan pendidikan yang baik, ibu turut membekali anak-anaknya dengan sikap, pengetahuan, dan kemandirian. Sehingga kelak, anak-anak ini dapat menjadi sosok yang membawa perubahan positif di tengah masyarakat.

Pada akhirnya, urgensi kaderisasi generasi adalah bagian dari usaha menyiapkan anak-anak yang dapat membawa kebaikan bagi masyarakat, bangsa, bahkan semesta. Sebagaimana dicontohkan oleh Khadijah RA, Ummu Sulaim RA, hingga Nyai Walidah Dahlan, ibu adalah pelopor dan pelangsung dalam membangun generasi yang bertauhid, berakhlak dan berilmu yang nantinya akan menjadi pemimpin-pemimpin yang beramal shalih, bertakwa dan bijaksana. Ambil ibrah pula dari istri Nabi Nuh, jangan sampai kita menjadi ibu yang mengajak anak dan keluarga ke jurang neraka dan binasa.

Semoga para ibu dan perempuan muslimah masa kini terinspirasi untuk melanjutkan estafet perjuangan generasi terdahulu dalam membimbing dan mendidik calon generasi penerus dengan penuh kesabaran, kesungguhan, dan cinta. Wallahu a’lam bish-shawab

  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Item Reviewed: Urgensi Ibu dalam Kaderisasi Generasi Rating: 5 Reviewed By: Admin 2 TablighMu