Mu’tamaroh Kurnianingsih, S.E
(Anggota Majelis Pembinaan Kader (MPK) Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah (PCA)
Blimbing, Sukoharjo)
“Dan, carilah
pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (pahala) negeri akhirat,
tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia.” (Qs.
Al-Qasas/28: 77)
Dalam
hiruk-pikuk kehidupan, kita seringkali merasa lelah dikejar oleh dunia.
Kesuksesan, kekayaan, karir dan prestasi seolah menjadi tolak ukur utama kebahagiaan.
Banyak pula yang berlomba untuk mengejar segala hal duniawi tanpa menyadari
bahwa apa yang mereka kejar hanyalah sesuatu yang sementara, bukan hal yang
selamanya. Akhirnya keseimbangan hidup, di mana antara dunia dan akhirat
berjalan seiring, semakin sulit untuk ditemukan. Ramadhan hadir sebagai momen istimewa
untuk mengingatkan manusia akan pentingnya menyeimbangkan kembali antara upaya
duniawi dan ibadah kepada Allah SWT yang bersifat ukhrawi.
Dalam
konteks ini, 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang dicanangkan oleh Kementerian
Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen RI) menjadi sarana yang relevan
untuk lebih ditanamkan kembali di bulan Ramadhan. 7 kebiasaan tersebut meliputi:
(1) Bangun Pagi, (2) Beribadah, (3) Berolahraga, (4) Makan Sehat dan Bergizi,
(5) Gemar Belajar, (6) Bermasyarakat, dan (7) Tidur Cepat. Gerakan ini
mengajarkan kepada anak-anak sejak usia dini untuk memupuk karakter yang kuat:
beriman dan berilmu, kokoh IMTAK dan kuat IPTEK. Kebiasaan-kebiasaan ini tidak
hanya akan menciptakan pribadi yang sukses secara duniawi semata, tetapi juga
membekali anak dengan keimanan yang kokoh dan kesadaran akan tujuan hidup yang
lebih besar: kehidupan akhirat.
Ramadhan:
Menyeimbangkan Dunia-Akhirat
Ramadhan
adalah bulan di mana umat Islam di dunia menjalankan puasa dan berbagai ibadah
yang lain, termasuk berbagi kepada sesama. Di tengah aktivitas duniawi yang
seringkali membuat kita terjebak dalam hingar-bingar dan gemerlap kehidupan, Ramadhan
mengajarkan arti bersyukur dan muhasabah diri (introspeksi). Setiap kali kita
merasakan lelah dikejar dunia, Ramadhan mengingatkan untuk kembali pada tujuan
utama kehidupan, yaitu mencari ridha Allah SWT.
7
Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang dikemukakan di atas sejalan dengan ajaran
Islam yang terkandung dalam nilai-nilai Ramadhan. Misalnya, kebiasaan bangun
pagi selama Ramadhan mengajarkan akan kedisiplinan waktu. Saat bangun
sebelum sahur, anak-anak terbiasa memulai harinya lebih awal dengan semangat,
disiplin, dan penuh energi, yang bertujuan mempersiapkan untuk menjalani
aktivitas sepanjang hari dengan lebih baik. Di dalamnya terkandung nilai
kesadaran bahwa waktu adalah salah satu bentuk kenikmatan yang harus digunakan
untuk hal-hal yang bermanfaat. Pepatah mengatakan, “Waktu bagaikan pedang.
Jika kamu tidak memotongnya (memanfaatkannya), maka dia akan memotongmu.”
Selanjutnya,
dalam Ramadhan, beribadah tentu menjadi fokus utama. Melalui kegiatan
seperti puasa, shalat tarawih, tadarus Al-Qur’an, dan berzikir, anak-anak
belajar untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Di sinilah kita berupaya
menguatkan spiritualitas selama Ramadhan. Mengingat bahwa Allah SWT adalah
tujuan utama dalam hidup, bukan sekadar mengejar kenikmatan duniawi yang sifatnya
hanya sementara. Allah SWT berfirman, “Siapa yang mengharapkan pertemuan
dengan Tuhannya hendaklah melakukan amal saleh dan tidak menjadikan apa dan
siapa pun sebagai sekutu dalam beribadah kepada Tuhannya.” (Qs. Al-Kahfi/18:
110).
Berolahraga di bulan Ramadhan
juga memiliki urgensi yang tidak kalah penting. Meski sedang menjalani puasa,
penting bagi anak untuk tetap menjaga kesehatan fisik. Apalagi kesehatan
merupakan salah satu hal terpenting yang harus dimiliki untuk menjalani
ibadah-ibadah di bulan Ramadhan. Ramadhan mengajarkan keseimbangan antara
menjaga tubuh tetap sehat dengan menahan lapar dan haus, sehingga mereka
terbiasa untuk disiplin menjaga keseimbangan antara dunia dan akhirat. Dalam
hadis yang terkenal Rasulullah SAW bersabda, “Manfaatkanlah lima perkara
sebelum lima perkara: …(kedua) waktu sehatmu sebelum waktu sakitmu,…” (HR.
Al Hakim).
Selain
itu, dalam makan sehat dan bergizi, Ramadhan mengajarkann pentingnya
bersyukur atas rezeki yang Allah SWT berikan. Memilih makanan yang bergizi
dalam sahur dan berbuka puasa mengajarkan kita untuk tidak hanya memuaskan
keinginan semata, tetapi juga menjaga tubuh agar tetap sehat dalam menjalankan
ibadah. Kandungan gizi yang seimbang tentu akan menjadikan puasa kita dan
ibadah yang lain menjadi lebih maksimal. Makanan yang sehat dan bergizi
menanamkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan untuk menjalani
kehidupan dengan baik. Allah SWT berfirman, “Makanlah sebagian apa yang
telah Allah anugerahkan kepadamu sebagai (rezeki) yang halal lagi baik dan
syukurilah nikmat Allah jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.” (Qs. An
Nahl/16: 114).
Kebiasaan
lain yang harus terus ditanamkan adalah gemar belajar. Di bulan Ramadhan,
anak-anak dapat memanfaatkan waktu untuk meningkatkan keimanan dan ilmu, baik
melalui membaca Al-Qur’an, maupun mengikuti kajian keislaman yang merebak di
berbagai tempat. Kebiasaan gemar belajar ini mendukung anak-anak untuk terus
mengeksplorasi ilmu sebagai bekal menjalani kehidupan dunia dan akhirat. Masjid
dan mushala termasuk lembaga pendidikan harus membuat kegiatan-kegiatan belajar
yang dapat meningkatkan iman dan takwa, serta membentuk akhlak mulia. Hal itu
dapat diwujudkan dalam berbagai kegiatan, seperti tadarus Al-Qur’an, pesantren
kilat dan kajian keislaman. Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang menempuh
jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.”
(HR. Muslim, no. 2699).
Dalam
Ramadhan, berbagi dengan sesama melalui zakat, infak, dan sedekah adalah di
antara bentuk nyata dari bermasyarakat. Anak-anak mulai belajar untuk
peduli kepada sesama, menguatkan empati, dan melatih diri untuk berbagi
kebahagiaan dengan orang lain. Hal ini juga dapat menanamkan nilai solidaritas
dan gotong royong. Allah SWT berfirman, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Berbuat baiklah kepada kedua orang
tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan
tetangga jauh, teman sejawat, ibnusabil, serta hamba sahaya yang kamu miliki.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi sangat membanggakan
diri.” (Qs. An-Nisa’/4: 36).
Terakhir,
kebiasaan tidur cepat di bulan Ramadhan mengajarkan pentingnya menjaga
keseimbangan antara kebutuhan tubuh dan waktu beribadah. Tidur yang cukup akan
memberikan energi untuk menjalani puasa dan ibadah yang lain dengan lebih baik,
sekaligus memberikan waktu untuk bermunajat kepada Allah SWT. Kebiasaan tidur
cepat ini mengingatkan kita untuk mengatur waktu dengan bijak, memprioritaskan
akhirat tanpa melupakan kepentingan dunia. Allah SWT berfirman, “Berkat
rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang agar kamu beristirahat pada
malam hari, agar kamu mencari sebagian karunia-Nya (pada siang hari), dan agar
kamu bersyukur kepada-Nya.” (Qs. Al Qasas/28: 73).
Dunia
yang Kerdil vs Akhirat yang Kekal
Ramadhan
mengingatkan kita bahwa dunia ini hanyalah tempat persinggahan sementara.
Kesuksesan yang dikejar melalui kekayaan, jabatan, atau kedudukan hanyalah
sesuatu yang bersifat sementara dan tidak bisa memberikan kebahagiaan sejati.
Kesuksesan yang sejati hanya bisa ditemukan ketika kita memahami bahwa dunia
hanyalah tempat yang kecil dibandingkan dengan luasnya kehidupan akhirat.
Kita
melihat betapa mudahnya terjebak dalam siklus mengejar dunia tanpa memikirkan
akhirat. Padahal Allah SWT telah menjamin rezeki setiap makhluk-Nya, dan tugas
kita adalah beramal sholeh. Dunia memang penting, tapi akhirat yang jauh lebih
penting dan harus menjadi prioritas utama. Mengejar dunia bukanlah sesuatu yang
salah, asalkan kita tahu bahwa dunia ini tidak bisa dibandingkan seujung kuku
pun dengan akhirat yang kekal.
Mengapa
kita harus terengah-engah mengejar dunia jika Allah SWT telah menyediakan rezeki
untuk kita? Allah SWT berfirman, “Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu
dalam keadaan mudah dimanfaatkan. Maka, jelajahilah segala penjurunya dan
makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Hanya kepada-Nya kamu (kembali setelah)
dibangkitkan.” (Qs. Al-Mulk/67: 15)
Ayat
tersebut menegaskan bahwa bumi dan segala yang ada di dalamnya telah disediakan
oleh Allah SWT untuk kita. Rezeki itu dijamin oleh-Nya, kita tidak perlu berlebihan
hingga mati-matian mengejar dunia. Yang perlu kita khawatirkan adalah amal
kita, yang tidak pernah dijamin akan masuk ke surga. Oleh karena itu, kita
harus bijak dalam membagi waktu antara usaha dunia dan ibadah akhirat.
Refleksi
Akhirat dalam Ramadhan
Ramadhan
bukan hanya bulan di mana kita menahan lapar dan haus, tetapi juga bulan yang
menjadi ajang refleksi diri. Kita diajak untuk memperbaiki hubungan dengan
Allah SWT, meningkatkan ibadah, dan menyadari bahwa dunia yang kita kejar
sebenarnya hanya bersifat sementara. Kesuksesan sejati adalah ketika kita mampu
menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat.
Mengikuti
dan menanamkan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat selama Ramadhan membantu kita dan
anak-anak kita untuk terus mengingatkan diri agar tidak terlalu mencintai dunia
dan kemudian melupakan akhirat. Setiap amal kecil yang kita lakukan selama Ramadhan,
seperti puasa, shalat, berbagi, membaca Al-Qur’an, dan bersedekah, menjadi
bagian dari investasi untuk kehidupan kekal di akhirat kelak.
Jangan sampai kita terjebak dalam keletihan yang sia-sia mengejar dunia, hingga akhirnya kita kehilangan arah hidup yang sebenarnya, hidup yang penuh berkah dan menuju surga. Dunia ini kerdil dan tidak ada artinya dibandingkan dengan akhirat yang kekal. Sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW, “Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Al-Baihaqi). Wallahu a’lam bish-shawab.
0 komentar:
Posting Komentar