Oleh: Taufik
Hidayat
Pada 30 September 2009 pukul 17:16:09
WIB seluruh wilayah Sumatera Barat merasakan guncangan gempabumi yang sangat
kuat, guncangan yang disebabkan oleh gempabumi tersebut juga dirasakan di
kota-kota Sumatera lainnya, bahkan guncangan tersebut terasa sampai ke
Singapura, Malaysia, Thailand dan juga di Jakarta dengan intensitas III MMI.
Gempa bumi dengan kekuatan 7.9 SR dengan kedalaman 71 km dan pusat gempa pada
0.84 LS – 99.65 BT ini kurang lebih sekitar 57 Km Barat Daya Pariaman, Sumatera
Barat, gempa ini telah memporak-porandakan hampir seluruh wilayah Sumatera
Barat khususnya wilayah pantai Barat Sumbar.
Pada 26 Desember 2004, saat dunia
tengah bersiap berganti nominal tahun, tsunami dahsyat menerjang Aceh. Bencana
yang kemudian didaulat sebagai salah satu yang terhebat di abad 21 ini dimulai
dari gempa 9,1 SR di Samudra Hindia. Meganya besaran gempa memicu gelombang
tsunami yang menghantam Aceh, Thailand, Sri Lanka, India, Maladewa, dan pesisir
timur Afrika. Tsunami menggelontorkan jutaan liter air laut ke darat dan
diperkirakan memakan korban hingga 280 ribu jiwa. Aceh menjadi wilayah paling
teruk dengan korban lebih dari 200 ribu jiwa.
Setelah membaca dua berita diatas, apakah
gempa hanya menimbulkan kerusakan? Kenapa gempa mesti terjadi? Apa manfaatnya
gempa? Berikut ini beberapa ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang gempa:
Q.S. An-Naba’: 7 (Gempa dan Gunung)
وَالْجِبَالَ أَوْتَادًا
“Dan gunung-gunung sebagai pasak?”
Bumi sebagai makhluk Allah yang
ditugaskan untuk bergerak perlahan, terkadang “lupa”. Akibatnya, gerakannya
tiba-tiba tersentak dan dipercepat sehingga terjadilah gempa bumi yang merusak
tatanan harmonisasi normal. Manusia pun turut “terusik”, sehingga timbul
kecelakaan bahkan kematian. Namun, hal tersebut sesungguhnya merupakan kehendak
Allah juga.
Gempa sebenarnya juga merupakan
kebutuhan bumi dan manusia. Lewat gempa, bumi melepaskan energinya secara
teratur setiap saat. Gempa yang terjadi setiap saat berskala relatif kecil,
sekitar 4-5 skala richter. Bayangkan jika gempa tidak dicicil, namun terjadi
secara sekaligus. Bisa dibayangkan bagaimana penghuni bumi akan musnah. Jadi,
gempa sebagai bagian proses penghamparan bumi secara umur sebenarnya juga
terjadi dengan “lembut”.
Selanjutnya, pada Q.S. An-Naba’: 7,
gunung-gunung disebut sebagai “pasak”. Penyebutan tersebut bisa dijelaskan
dengan sains modern. Dalam teori tektonik lempeng, gunung api yang terbentuk
sepanjang punggung jalur subduksi berfungsi sebagai pasak/paku raksasa. Paku
ini mengerem laju litosfer agar tidak terlalu cepat berjalan sehingga
berpotensi menimbulkan guncangan yang sangat kuat. Pasak gunung tersebut berupa
jalur magma sepanjang cekungan busur belakang (back arc basin). Cekungan
di sepanjang perbatasan lempeng benua dan samudra ini menonjol jauh diatas
permukaan membentuk jalur pegunungan dan gunung api.
Gunung sebagai pasak kadang kala tidak
mampu menahan tekanan litosfer yang super besar. Dalam kondisi tersebut,
material didalam gunung tersebut akan dimuntahkan sebagai aliran lava ke
permukaan bumi. Muntahan ini hanya dikeluarkan gunung api aktif sebagai
harmonisasi agar terbentuk keseimbangan material yang baru. Jadi, meletusnya
gunung pun merupakan kebutuhan. Jika tidak meletus, gunung akan menciptakan
gempa-gempa baru.
Disisi lain, ketika gunung meletus,
seluruh vegetasi disekitarnya menjadi subur. Berbagai jenis material berharga
juga keluar & dihamparkan untuk digunakan. Muntahan lava dan aktivitas
gunung api tersebut benar-benar memberikan berkah dalam bentuk aneka mineral.
Besi, tembaga, emas, perak, perunggu, dsb., dimuntahkan gunung api untuk
kesejahteraan manusia.
Jadi, sesungguhnya aktivitas gunung
api tersebut semata-mata agar manusia dapat memetik berkah Allah SWT.. Akan
tetapi, untuk mendapatkan berkah Allah harus dilakukan dengan ilmu pengetahuan.
Dengan pengetahuanlah manusia mampu menggali berkah tersebut. Karena itu,
manusia harus mengetahui zonasi aktivitas gunung api agar tidak seperti “semut
mati di lumbung gula” atau “tikus mati di lumbung padi”. Dengan kecerdasannya,
manusia dapat menggunakan moto “ada gula, ada semut”. Manusia dapat
melaksanakan mineral-mineral gunung api sebagai berkah besar dari Allah, dengan
tetap menjaga keselamatannya.
Q.S. Al-Zalzalah (Gempa dan Kiamat)
إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا (1)
وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا (2) وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا (3)
يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا (4) بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا (5)
“(1) Apabila bumi digoncangkan
dengan guncangan (yang dahsyat), (2) Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban
berat (yang dikandung)nya, (3) Dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (menjadi
begini)?”, (4) Pada hari itu bumi menceritakan beritanya, (5) Karena
sesungguhnya Tuhan mu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya.”
Gempa umumnya terjadi karena proses
pertumbuhan dan pelumatan lempeng lewat mekanisme tektonik lempeng. Kepulauan
Indonesia duduk disepanjang pertemuan tiga lempeng (triple junction)
yang terus tumbuh berdesakan. Lempeng tersebut adalah Lempeng Pasifik,
Indo-Australia, dan Eurasia. Desakan ini menimbun energy stress (tekanan)
di pertemuan lempeng-lempeng tersebut. Karena itu, potensi gempa di negeri ini
sangat tinggi.
Gempa ibarat seorang wanita yang
hendak melahirkan. Kontraksinya sudah sangat kuat, sewaktu-waktu si jabang bayi
akan keluar tapi kita tidak tahu persis kapan keluarnya. Para ahli seismologi
telah mendeteksi tingginya stress di zona subduksi (penumjaman lempeng)
sepanjang Sumatera dan Jawa sebelum gempa Nias (2005), Yogyakarta (2005), dan
Padang (2006). Namun, mereka tetap tidak mampu memastikan bulan, pekan apalagi
tanggal kejadian gempanya.
Meski belum bisa diperkirakan,
besarnya magnitudo gempa dapat diukur dengan seismograf, yang dinyatakan dalam
skala richter. Magnitudo gempa tektonik umumnya diatas 7 skala richter
(SR). Gempa vulkanik antara 5-7 SR. Gempa ini disebabkan gerakan magma ke
permukaan menjelang meletusnya gunung berapi. Gempa lokal, karena longsoran
atau runtuhan tebing, biasanya dibawa 5 SR.
Intensitas kerusakan gempa dinyatakan
dalam skala Mercalli. Intensitas ini bergantung pada jarak dan kedalaman suatu
wilayah dari pusat gempa. Skala I (instrumental) hanya bisa dideteksi
seismograf. Skala V (kuat) bisa dirasakan semua orang, barang-barang
berjatuhan, pintu maupun jendela rusak. Padas kala tertinggi, yaitu XII
(kataklismik), terjadi kehancuran total, benda-benda terlempar ke udara dan
permukaan tanah tampak bergelombang. Gempa diatas 7 SR biasanya menimbulkan
kerusakan diatas skala VIII Mercalli.
Ayat pertama Q.S. Al-Zalzalah bukan
memberitakan gempa biasa. Yang dimaksud dengan zulzilat menurut Ibnu
Abbas adalah digoncangkan dari dasar bumi. Setelah itu, tidak akan pernah ada
lagi guncangan. Dengan kata lain, guncangan yang diceritakan adalah peristiwa
hari kiamat.
Gempa pada saat kiamat berbeda dengan
gempa yang pernah kita rasakan. Pada gempa bumi yang terjadi sekarang, yang
berguncang hanyalah lapisan kulit bumi. Akan tetapi, pada hari Kiamat nanti,
bumi akan diguncangkan seguncang-guncangnya. Tidak akan terukur oleh skala mana
pun. Saat itu, bumi akan mengeluarkan beban-beban beratnya. Bukan hanya lapisan
kulit bumi saja, “selimut bumi (lapisan mantel)” dan “inti bumi” pun akan ikut
dimuntahkan.
Hal ini sesuai dengan firman Allah
dalam Q.S. Al-Insyiqaq: 3-4 (“Dan apabila bumi dikempeskan, dan melemparkan
segala yang didalamnya sampai kosong!”). Hal tersebut dapat saja terjadi namun
belum diketahui mekanisme apa yang mampu memuntahkan mantel, apalagi inti,
sampai ke permukaan bumi.
Mekanisme gempa yang mungkin terjadi
ketika kiamat adalah percepat pergerakan lempeng. Lempeng-lempeng dimuka bumi
saat ini bergerak dengan kecepatan 7-12 cm per tahun. Gempa-gempa besar
sekalipun seperti di Aceh tahun 2004 lalu terjadi karena pergerakan lempeng
dengan kecepatan tersebut. Apa gerangan yang bakal terjadi jika pergerakan
tersebut lebih dipercepat lagi?
Bagaimana percepatan tersebut mungkin
terjadi? Konveksi di mantel yang menggerakkan lempeng-lempeng tektonik mungkin
saja berjalan lebih cepat. Suhu inti bumi bisa saja meningkat tajam sehingga
material mantel memanas dan memutar konveksi lebih cepat. Bagaimana suhu inti
bumi dapat melonjak, belum dapat dijelaskan. Mungkin saja, akan ada peningkatan
aktivitas matahari dan radiasi partikel-partikelnya ke bumi sehingga suhu inti
bumi melonjak.
Hal lain yang menarik dari surah ini
adalah pernyataan ayat (4) bahwa ketika gempa, bumi “mengabarkan beritanya”.
Para ahli seismologi memang mendapat banyak sekali informasi mengenai bumi dari
gelombang gempa. Model bumi yang berlapis-lapis mulai kerak sampai inti lahir
dari penafsiran atas perbedaan cepat rambat gelombang gempa. Sifat-sifat
masing-masing lapisan pun ditafsirkan berdasarkan perbedaan cepat rambat
tersebut.
Yang jelas, gempa jangan dilupakan
manfaatnya. Mekanisme tektonik lempeng membentuk basin (cekungan) dibagian back
arc, yaitu dibalik zona subduksi (penumjaman lempeng). Basin ini menjadi
tempat penimbunan sedimen yang menjadi batuan reservoar minyak bumi dan
gas alam. Gaya-gaya tektonik juga membentuk struktur patahan dan lipatan yang
memerangkap minyak bumi atau gas di satu tempat. Bahkan, gempa mendorong minyak
mengisi struktur terperangkap tersebut.
Selain minyak dan gas alam, tektonik
lempeng juga mendorong beraneka mineral keluar dari perut bumi. Di lautan,
mineral yang terbentuk di rekahan tengah samudera umumnya berada disebelah kiri
sistem atau tabel periodik unsur-unsur kimia. Rekahan tersebut terjadi akibat
pergerakan divergen lempeng. Sementara di daratan, mineral yang terbentuk dari
letusan gunung api, umumnya berada disebelah kanan sistem atau tabel periodik
unsur-unsur kimia.
Gempa memang harus dipandang dengan
ilmu dan iman. Dengan ilmu, manusia dapat memahami bagaimana peristiwa gempa
terjadi, apa penyebabnya, apa kerusakan dan manfaat yang dibawanya, serta
bagaimana memanfaatkannya. Sementara dengan iman, manusia dapat meresapi
kemahabesaran Allah dalam peristiwa gempa, menyadari kelemahan dirinya, agar
dapat mempersiapkan diri menuju kampung akhirat kelak. Wallahu a’lam bish
showab.
Referensi:
Tim Tafsir Salman ITB., 2014. Tafsir
Salman ITB. Bandung: Mizan Pustaka
Tentang Penulis
Taufik Hidayat lahir di Cirebon pada 23 Juni 1996. Ia merupakan
seorang laki-laki yang saat ini berdomisili di Blok Ciluwung RT 003 RW 005,
Desa Kedungbunder, Kecamatan Gempol, Kabupaten Cirebon, kode pos 45161. Saat
ini, muslim yang masih lajang ini menjalani peran ganda sebagai mahasiswa
sekaligus guru. Ia kini aktif berjejaring melalui berbagai akun media sosial,
antara lain Facebook dengan nama Taufik Hidayat, Instagram dengan
akun @fik.dayat.72, LinkedIn atas nama Taufik Hidayat,
serta Medium dengan akun fik.dayat.72. Untuk keperluan silaturrahmi
Taufik Hidayat dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp di +62 821-1528-9672.
0 komentar:
Posting Komentar