728x90 AdSpace

Latest News
Rabu, 31 Juli 2019

Logo Resmi Muktamar Aisyiyah ke-48 dan Filosofinya


Batik Truntum
Batik Truntum salah satu dari tujuh motif Batik Solo yang paling memukau dunia, hasil kreasi Kanjeng Ratu Kencana, Permaisuri dari Sunan Paku Buwana III. Secara etimologi, “truntum” berasal dari isitlah “teruntum–tuntum” (bahasa Jawa) artinya tumbuh lagi. “Taruntum” memiliki arti senantiasa bersemi dan semarak lagi. Batik truntum memiliki pola yang halus dan sederhana. Bermotif seperti taburan bunga-bunga abstrak kecil atau menyerupai kuntum bunga melati. Terkadang berbentuk seperti bintang yang bertaburan di langit. Biasanya batik jenis truntum ini dipakai oleh pengantin perempuan dalam salah satu prosesi pernikahan bernuansa adat.

Motif Batik Truntum sering dimaknai sebagai lambang kasih sayang, tumbuhnya cinta yang tulus tak bersyarat yang harus dimaknai sebagai sumber keikhlasan dan semangat berbagi yang tak bertepi dalam perjuangan ‘Aisyiyah. Makna lain merupakan simbol dari perjuangan 'Aisyiyah sebagai penuntun atau panutan yang melahirkan kehidupan perempuan berkemajuan untuk mencerahkan peradaban bangsa.

Bengawan Solo
Bengawan Solo adalah sungai kebanggan masyarakat Surakarta, kota tempat di mana Muktamar 'Aisyiyah digelar. Air identik dengan sumber kehidupan, sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: “Dan Allah menurunkan dari langit air (hujan) dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran)” (QS. an-Nahl [16]: 65). Sifat air yang selalu mengalir ke tempat rendah analog dengan sikap rendah hati pada manusia, sebagaimana diajarkan Islam untuk tawadhu’ yang menghargai setiap insan ciptaan Allah SWT.

Bagi gerakan 'Aisyiyah simbol air merupakan sumber inspirasi, sumber kemakmuran, dan sumber manfaat dalam menghadirkan usaha-usaha yang bermisi dakwah dan tajdid. Khusus para pimpinan 'Aisyiyah perlu meniru sifat air, yang selalu mencari celah terus mengalir meski dihalangi batu, sebagai wujud ghirah perjuangan ‘Aisyiyah yang tidak mengenal lelah melintas waktu dan ruang. Sifat air yang terus mencari tempat rendah, melambangkan sifat membumi dan rendah hati di tengah kehidupan masyarakat sehingga dapat merangkul semua kalangan dan golongan dengan membawa misi dakwah rahmatan lil-‘alamin.

Ikon Bengawan Solo dan Batik Truntum dikemas dalam warna kuning-orange menggambarkan kehangatan, kecerdasan, semangat tinggi, dan intelektual yang melekat dengan gerakan 'Aisyiyah.

Sang Surya/Bunga Matahari
Sinar perpaduan warna hijau dan biru merupakan kesatuan 'Aisyiyah dan Muhammadiyah yang menjadi sumber cahaya pergerakan yang dilandasi Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan mengembangkan ijtihad yang membawa pencerahan. Simbol sinar bentuknya dimodifikasi dengan salah satu ornamen/elemen dari Gedung Siti Walidah Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), simbol sang tokoh pendiri 'Aisyiyah, yang diabadikan sebagai inspirator gerakan perempuan berkemajuan, dan di UMS inilah tempat diselenggarakannya Muktamar 'Aisyiyah ke-48.

Jenis Huruf
Jenis huruf yang dipakai dalam penulisan logo menggunakan huruf Gotham Bold dan Gotham Book, Italic berwarna biru kombinasi hijau muda yang mengesankan modern, kokoh tetapi fleksibel/luwes. Penulisan menggunakan “huruf kecil” (lowercase) bermakna kesetaraan dan kelembutan. Artinya 'Aisyiyah dengan nilai Islam Berkemajuan terus menggelorakan keadilan bagi perempuan serta dakwah bil-hikmah yang bergerak berkesinambungan di setiap zaman. (SM)
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Item Reviewed: Logo Resmi Muktamar Aisyiyah ke-48 dan Filosofinya Rating: 5 Reviewed By: Admin 1 TablighMu