Kuala Lumpur - Muhammadiyah mengajarkan warganya untuk senantiasa beramal sholeh, dengan prinsip banyak bekerja sedikit bicara.
“Muhammadiyah melalui pendekatan ‘sedikit bicara banyak bekerja’ mengajarkan warganya untuk senantiasa beramal sholeh meski penuh keterbatasan. Ini karena amal sholeh diukur berdasarkan kondisi dan kemampuan masing-masing individu,” demikian dinyatakan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dr. H. Haedar Nashir, M.Si dalam acara Tabligh Akbar di Gedung Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu (31/10/2015) sebagaimana rilis Humas PCIM Malaysia.
Menurut Haedar, ukuran kemampuan adalah subyektif, tergantung apa yang dimiliki oleh orang tersebut. Tidak tepat jika seseorang merasa tidak memiliki kemampuan untuk beramal sholeh dan hanya akan beramal jika merasa telah “mapan”. Ciri-ciri menekankan amal sholeh ini, menurut Haedar Nashir, adalah salah satu komponen ciri Islam yang berkemajuan. Dan dalam konteks inilah Muhammadiyah dalam usianya yang lebih satu abad telah melahirkan berbagai institusi pendidikan, kesehatan dan kebajikan masyarakat di seluruh pelosok Indonesia sebagai wujud amal sholeh.
Tabligh Akbar yang bertema “Semangat Hijrah menuju Islam yang berkemajuan” itu dihadiri ratusan warga Indonesia di Malaysia termasuk buruh migran, mahasiswa, ibu rumah tangga, dan kalangan pekerja profesional yang tergabung dalam Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah dan Aisyiyah (PCIM & PCIA) Malaysia. Selain itu hadir juga perwakilan beberapa ormas dan parpol Indonesia yang berbasis di Malaysia.
Haedar juga menyinggung terpilih dirinya sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah pada Muktamar di Makassar bulan Agustus yang lalu. Menurutnya, tema Islam berkemajuan merupakan pengejawantahan misi Muhammadiyah untuk menjadikan Islam rahmatan lil’alamin.
Untuk itu diperlukan beberapa karakteristik bagi menopang tujuan itu selain penekanan terhadap amal sholeh. Di antaranya adalah keseimbangan antara hablun minallah dan hablun minannas, penggabungan kesalehan pribadi dan kesalehan sosial, penguasaan ilmu pengetahuan, serta kepedulian lingkungan.
Acara yang turut dihadiri oleh Ketua Umum PP ‘Aisyiyah Dra. Hj. Siti Noordjannah Djohantini, M.M., M.Si. dilanjutkan dengan pelantikan pengurus baru PCIM dan PCIA Malaysia dibawah kepemimpinan Dr. Sonny Zulhuda dan Nita Nasyithah, M.Ed.
Dalam sambutannya, Sonny Zulhuda yang juga dosen di Universitas Islam Antarabangsa Malaysia menyampaikan harapannya agar PCIM dan PCIA dapat memperkuat kemitraannya dengan pihak KBRI Kuala Lumpur dan berbagai ormas serta komunitas warga Indonesia di Malaysia.
Dalam kaitan ini pula, Trigus Suprianto, yang mengepalai Fungsi Penerangan, Sosial dan Budaya (Pensosbud) KBRI Kuala Lumpur berharap agar PCIM dapat terus membantu KBRI dalam agenda bersama serta ikut mensosialisasikan pentingnya bekerja di Malaysia secara legal dan melalui jalur yang sah agar tidak mendapatkan masalah di kemudian hari.
PCIM dan PCIA merupakan organisasi cabang Muhammadiyah yang berada di luar negeri. Menurut Haedar Nashir, saat ini Muhammadiyah telah memiliki 16 cabang istimewa di luar negeri yang tersebar di lima benua. Di Malaysia sendiri, PCIM sudah berdiri sejak tahun 2007 dan bergerak dalam berbagai kegiatan keagamaan, kebajikan sosial, pendidikan dan pengembangan kemahiran.
Kunjungan Dr. Haedar Nashir dan Dra. Siti Noordjannah Djohantini ke Malaysia merupakan kunjungan pertama mereka ke PCIM/PCIA luar negeri sejak Muktamar ke-47 di Makassar bulan Agustus yang lalu. [red/hidcom]
0 komentar:
Posting Komentar