A. PENDAHULUAN
Keyakinan bahwa Islam satu-satunya agama yang benar adalah termasuk perkara yang bersifat qath’i, tsawabitdan badihiy (pasti, tetap dan jelas), minal umuridh-dharuriyah fid din, yakni termasuk di antara perkara-perkara agama yang bersifat dharuriyah(suatu keharusan) karena telah disepakati dan didukung oleh seluruh ulama’ sepanjang masa lebih-lebih oleh salafus salih berdasarkan nash-nash yang jelas dan tegas.
Namun demikian, sekarang perkara tersebut sering mendapat rongrongan dari kalangan-kalangan tertentu terutama dari kalangan akademisi dan pejuang HAM dengan mengatasnamakan toleransi agama mereka menyebarkan paham pluralisme agama dan mengecam setiap orang yang meyakini dan menyatakan kebenaran agamanya dan kesesatan agama lain.
Kelompok ini menyebarkan pahamnya dengan berbagai cara melalui TV, majalah, koran, buku-buku dan film-film. Mereka tidak segan-segan mengutip ayat-ayat Al-Qur’an yang ditafsirkan menurut selera mereka, jauh dari manhaj yang haq.
Dengan latar belakang itulah tulisan ini disajikan kepada para pembaca untuk menegaskan ulang bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar sebagaimana yang yang pernah ditegaskan dalam salah satu keputusan Munas Tarjih di Jakarta yang berbunyi:
“Sehubungan dengan munculnya pemahaman bahwa orang Islam yang mengklaim agama Islam sebagai yang paling benar adalah salah, berdasarkan Al-Qur’an perlu ditegaskan kembali kepada warga Muhammadiyah bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan diridloi Allah.” (Keputusan Munas Majelis Tarjih di Jakarta Tahun 2000)
Dalam Muqaddimmah Anggaran Dasar Muhammadiyah juga disebutkan, “Mematuhi ajaran-ajaran Agama Islam dengan keyakinan bahwa Ajaran Islam itu satu-satunya landasan kepribadian dan ketertiban bersama untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.”
B. PENGERTIAN ISLAM
1. Pengertian Umum
Menurut Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah (MKCHM), Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada para rasul-Nya sejak nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya sampai kepada nabi penutup Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, sebagai hidayat dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa dan menjamin kesejahteraan materiil dan spirituil duniawi dan ukhrawi.
DALIL-DALIL
إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَوْحَيْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَعِيسَى وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَارُونَ وَسُلَيْمَانَ وَآَتَيْنَا دَاوُودَ زَبُورًا (النساء: 163 (
“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (Q.S. An-Nisa [4]:163)
}شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ (الشورى:13(
“Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agamadan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).” (Q.S. Asy Syura [42]:13)
2. Pengertian Khusus
Dalam Kitab Masalah Lima Himpunan Putusan Tarjih (HPT) disebutkan bahwa Agama yakni agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam ialah apa yang diturunkan Allah di dalam al-Qur'an dan yang tersebut dalam Sunnah yang shahih, berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia dunia dan akhirat.
DALIL-DALIL
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ )التوبة/33(
“Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.” (Q.S. At Taubah [9]: 13)
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ )الأنبياء/107(
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”(Q.S. Al-Anbiya [21]: 107)
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ . مِنْ مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى هِرَقْلَ عَظِيمِ الرُّومِ. سَلاَمٌ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى، أَمَّا بَعْدُ فَإِنِّى أَدْعُوكَ بِدِعَايَةِ الإِسْلاَمِ، أَسْلِمْ تَسْلَمْ، يُؤْتِكَ اللَّهُ أَجْرَكَ مَرَّتَيْنِ، فَإِنْ تَوَلَّيْتَ فَإِنَّ عَلَيْكَ إِثْمَ الأَرِيسِيِّينَ وَ (يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَنْ لاَ نَعْبُدَ إِلاَّ اللَّهَ وَلاَ نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلاَ يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ) - صحيح البخارى - (ج 1 / ص 15(
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad utusan Allah untuk Heraclius Kaisar Romawi yang agung.” “Salam bagi siapa yang mengikuti petunjuk. Salain dari pada itu, sesungguhnya aku mengajak kamu untuk memeluk Islam. Masuklah kamu ke agama Islam maka kamu akan selamat dan peluklah agama Islam maka Allah memberikan pahalah bagimu dua kali dan jika kamu berpaling maka kamu akan menanggung dosa orang orang Romawi. “Katakanlah: Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”
3. Kesimpulan
a. Antara Islam sebagai agama samawi terakhir dan agama wahyu sebelumnya jelas mempunyai hubungan yang erat karena keberadaannya merupakan mata rantai terakhir agama Allah.
b. Kebenaran-kebenaran fundamental dan nilai-nilai hidup yang bersifat universal yang pernah diajarkan oleh para nabi dan rasul terdahulu dikukuhkan dan dilestarikan. Sementara beberapa aturan yang merupakan realisasi dan nilai-nilai universal disesuaikan dengan perkembangan hidup ini.
C. KEBENARAN DINUL ISLAM
Dalam Al-Qur'an, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menegaskan sendiri tentang kebenaran Islam sebagai agama bagi seluruh umat manusia, antara lain tersebut dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
“Apakah selain agama Allah yang mereka cari, padahal hanya kepada-Nya tunduk siapapun yang ada di langit-langit dan di bumi baik karena taat maupun terpaksa. Dan hanya kepada-Nya mereka dikembalikan.” (Q.S. Ali Imran [3]: 83)
Ayat di atas menjelaskan bahwa agama yang benar adalah agama yang datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam firman-Nya pada surat yang lain Dia menegaskan :
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ
“Sungguh agama yang diridlai di sisi Allah adalah agama Islam.”(Q.S. Ali Imran [3]: 19)
Kemudian dalam surat lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِين
“Barangsiapa yang mencari agama lain selain Islam maka ia tidak akan diterima dan kelak di akhirat tergolong orang-orang yang merugi.”(Q.S. Ali Imran [3]: 85)
Dalam surat lain Allah juga menegaskan:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Hari ini Aku telah sempurnakan bagimu agamamu dan Aku telah cukupkan bagimu nikmat-Ku dan aku telah meridlai Islam sebagai agamu untukmu.”(Q.S Al-Ma'idah [5]: 3)
Dalam Al-Qur'an terdapat beberapa nama untuk menyebut agama yang benar (agama Islam), yaitu "al-Islam" seperti tersebut nama itu dalam surat Ali Imran: 85 dan surat al-Ma'idah: 3. Nama lain dari agama Islam adalah Ad-dinul qayyim seperti tersebut dalam surat At-Taubah: 36; dan dalam surat Al-Bayyinah: 5, disebut dengan istilah: Dinul Qayyimah. Sebutan lain adalah Dinullah seperti nampak dalam surat surat Ali Imran: 83 dan surat An-Nashr: 2; "Dinul haq" seperti tersebut dalam surat At-Taubah: 29 dan 33.
Penegasan Allah Subhanahu wa Ta’aladalam Al-Qur'an yang mengatakan bahwa Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam sebagai satu-satunya agama yang benar ajarannya dapat dikuatkan dengan alasan dan bukti sebagi berikut:
a. Islam sebagai agama yang jelas asal usulnya, yaitu sebagai agama wahyu yang terakhir.
b. Islam dibawa oleh seorang Nabi terakhir, yaitu Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam.
c. Ajaran Islam diterangkan dalam Al-Qur'an sebagai kitab suci terakhir bagi seluruh umat manusia.
d. Ajaran Islam tidak ada yang bertentangan dengan fitrah manusia, tetapi mengatur seluruh aspek kehidupan manusia (manusia). Hal ini sesuai dengan ayat Al-Qur'an dalam surat Al-Maidah: 3; dan surat Rum: 30 yang berbunyi:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُون
“Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama (Islam), fitrah Allah, dima Dia menciptakan manusia diatas fitrah tersebut. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. Itulah agama yang yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
e. Ajaran Islam tertumpu pada ajaran mengesakan Tuhan dan bertujuan menjadikan manusia sebagi sumber kebaikan.
f. Ajaran Islam dapat diamalkan dengan mudah dan praktis oleh orang yang beriman (tidak memerlukan upacara yang rumit), dan semua ajarannya baik dan lurus sesuai dengan fitrah manusia yang tidak mau dipersulit dan yang kecenderungannya kepada yang baik dan lurus. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur'an, dalam surat Al-Ma'idah: 50 yang berbunyi:
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
“Apakah hukum jahiliyah yang mereka cari dan hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi kaum yang yakin”
Lihat pula surat Al-Baqarah: 185 dan 286.
D. SUMBER AJARAN ISLAM
Islam sebagai agama samawi terakhir yang baik, benar dan sempurna mempunyai dua sumber ajaran pokok, yaitu Al-Qur'an dan Hadits (As-Sunnah Al-Maqbulah)
1. Al-Qur'an
Al-Qur'an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam (baik isi maupun redaksi) melalui perantaraan Malaikat Jibril ‘alaihis salam. Al-Qur'an sebagai kitab suci mempunyai beberapa nama, yaitu: Al-Qur'an, Alkitab, Al-Furqan, Az-Zikr, dan lain-lain.
Al-Qur'an adalah satu-satunya kitab suci yang terjaga kemurniaannya sejak awal diturunkan sampai sekarang dan sampai hari kiamat. Kemurnian itu tetap terjaga dan dipelihara oleh penciptanya sendiri, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala sesuai dengan firman-Nya dalam surat Al-Hijr: 9 yang berbunyi:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”
Terbukti bahwa sampai saat ini Al-Qur'an tetap terjaga kemurniannya. Sejak awal diturunkannya, Al-Qur'an ditulis dan dihafalkan oleh para sahabat atas petunjuk Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian kodifikasi Al-Qur'an telah dirintis pada zaman khalifah Abu Bakar dan disempurnakan pada zaman khalifah Usman bin Affan radhiallahu ‘anhu.
Kedudukan dan fungsi Al-Qur'an adalah sebagai berikut:
a. Sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi umat manusia. Hal ini antara lain dijelaskan dalam surat Al-Baqarah: 185 yang berbunyi:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).”
b. Sebagai sumber dari segala sumber hukum. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur'an surat Al-Ahzab: 36 yang berbunyi:
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.”
Isi ajaran Al-Qur'an, disamping sebagai pembenar, juga sebagai koreksi terhadap ajaran agama samawi terdahulu. Hal ini dijelaskan dalam surat An-Nahl: 64 yang berbunyi:
وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ إِلَّا لِتُبَيِّنَ لَهُمُ الَّذِي اخْتَلَفُوا فِيهِ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”
Lihat pula Surat An-Nisa': 47 dan Al-Ma'idah: 48.
c. Sebagai mu'jizat Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam. Hal ini dijelaskan dalam surat Al-Baqarah: 23 yang berbunyi:
وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah[31] satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) - dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.”
Lihat pula surat Yunus: 38; surat Hud: 13; dan surat Al-Isra': 88
Al-Qur'an berisi ajaran-ajaran yang meliputi :
a. Aqidah; ajaran tentang keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Malaikat, Kitab-kitab, Rasul-rasul, Hari Akhir, dan Taqdir Allah.
b. Hukum; yang terdiri atas aturan tentang hubungan manusia dengan Tuhan yang disebut ibadah (cara ritual) dan aturan tentang hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat yang disebut mu'amalah.
c. Akhlak; tata aturan tentang bagaimana orang harus berbudi pekerti baik dan menjauhi budi pekerti yang jelek, baik berakhlak kepada Allah, sesama manusia, maupun kepada alam hewani, nabati, dan alam jamadi.
d. Janji dan ancaman Allah. Allah tidak akan memperselisihi janji dan ancaman-ancamannya. Sebagai contoh, barang siapa yang beriman dan beramal saleh, Allah berjanji akan membalas dengan surga, dan barang siapa yang kafir dan berbuat jelek, Allah mengancam dengan balasan neraka.
e. Cerita atau sejarah umat terdahulu; seperti sejarah kaun Bani Israil, kaum Ad, kaum Tsamud, dan raja Fir'aun. Hal itu disebutkan dalam Al-Qur'an agar umat manusia mau mengambil hikmah dari sejarah umat-umat terdahulu tersebut.
f. Cara atau ajaran tentang bagaimana manusia dapat memperoleh kehidupan yang sejahtera dan bahagia.
g. Petunjuk atau cara yang mendorong manusia untuk dapat hidup maju dengan ilmu pengetahuan. Banyak ayat yang mendorong manusia untuk dapat hidup yang lebih maju dengan ilmu pengetahuan dan Allah berjanji akan mengangkat derajat mereka yang menguasai ilmu pengetahuan.
2. Hadits Nabi
Hadits yaitu segala perkataan, perbuatan, ketetapan, dan sifat-sifat yang disandarkan kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam.
Kaum muslimin sepakat bahwa hadits Nabi atau sunnah Nabi menjadi sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an. Dasarnya adalah sebagai berikut:
a. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berbunyi:
وَمَا ءَاتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (Q.S. Al Hasyr [59]: 7)
b. Hadits Nabi riwayat Ibnu Majah, Abu Dawud, dan lain-lain
يَقُول الْعِرْبَاضَ بْنَ سَارِيَة قَامَ فِينَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَوَعَظَنَا مَوْعِظَةً بَلِيغَةً وَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ وَذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَعَظْتَنَا مَوْعِظَةَ مُوَدِّعٍ فَاعْهَدْ إِلَيْنَا بِعَهْدٍ فَقَالَ عَلَيْكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا وَسَتَرَوْنَ مِنْ بَعْدِي اخْتِلَافًا شَدِيدًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَالْأُمُورَ الْمُحْدَثَاتِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
Al ‘Irbah bin Sariyah berkata: “Pada suatu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berdiri di hadapan kami lalu menasehati dengan nasehat yang menyentuh, yang dapat membuat hati-hati kami bergetar dan air mata meleleh, Raulullah shalallahu ‘alaihi wasallam ditanya: wahai Rasulullah engkau telah menasehati kami dengan nasehat orang yang berpamitan maka berpesanlah engkau kepada kami dengan satu pesan, Beliau berkata: tetaplah kalian bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, patuh dan tunduk pada pemimpin walaupun ia seorang budak yang hitam legam. Kalian akan melihat perselisihan yang amat dahsyat setelah peninggalanku. Maka tetaplah kalian berpegang teguh kepada sunahku dan sunah khulafaurrasyidin yang diberi petunjuk, gigitlah dengan gigi geraham kalian. Jauhilah oleh kalian perkar-perkara yang baru (bid’ah) karena setiap bid’ah itu sesat”.
Para sahabat sepakat bahwa sunnah Rasul dijadikan sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an. Kesepakatan itu berlaku sejak Rasul masih hidup sampai setelah wafat. Mereka selalu menaati hadits Rasul; menaati perintah-perintahnya dan menjauhi larangan-larangannya.
Al-Qur'an adalah kitab suci yang berisi aturan hidup secara umum yang masih memerlukan penjelasan. Contoh, mengenai shalat dalam Al-Qur'an hanya diperintahkan, tetapi tidak ada penjelasan tentang bagaimana tata cara melakukan shalat. Untuk menjelaskan tata cara shalat ini, Nabi memberikan contoh pelaksanaannya.
Segala sesuatu mengenai hidup dan kehidupan sudah diatur oleh Al-Qur'an dan Hadits Nabi, tetapi tidak semuanya bersifat rinci. Ada yang diatur secara global (garis besar atau prinsip-prinsipnya) dan ada yang diatur secara detail. Untuk penjabaran dan pengembangan hal-hal yang belum diatur secara detail, Al-Qur'an dan Hadits memberikan kesempatan kepada para ulama mujtahidin untuk melakukan ijtihad, yaitu menggunakan pikiran untuk menentukan sesuatu (hukum) yang tidak ditentukan secara eksplisit oleh Al-Qur'an dan Hadits. Dalam surat An-Nisa': 59 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
Dalam menggunakan ijtihad, para mujtahidin menggunakan metode ijma', qiyas, istihsan dan mashalih mursalah. Keputusan ijtihad tidak bersifat absolut, karena merupakan produk akal pikiran, tidak berlaku bagi semua orang dan semua masa, dan tentu saja tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur'an dan Hadits. (Zaky Mubarok, dkk : 62-74)
E. ASPEK-ASPEK AJARAN ISLAM
Secara garis besar, ajaran Islam mencakup 4 aspek, yaitu:
1. Aqidah, yaitu aspek keyakinan atau keimanan kepada perkara-perkara yang dijelaskan dalam rukun Iman. Aqidah adalah merupakan fundasi ajaran Islam yang sifat ajarannya pasti, mutlak kebenarannya, terperinci dan monoteistis. Ajaran intinya adalah mengesakan Tuhan (tauhid). Oleh karena itu, ajaran aqidah Islam yang tauhidi sangat menentang segala bentuk kemusyrikan.
3. Ibadah, yaitu aturan-aturan tentang tata cara hubungan manusia dengan Allah atau segala cara dan upacara pengabdian yang bersifat ritual yang telah diperintahkan dan diatur cara-cara pelaksanaannya dalam Al-Qur'an dan Hadits Nabi. Seperti, shalat, puasa, haji, dan lain-lain.
4. Akhlak, yaitu aturan tentang perilaku lahir dan batin yang dapat membedakan antara perilaku yang terpuji dan tercela, antara yang salah dan yang benar, antara yang patut dan yang tidak patut (sopan); dan antara yang baik dan yang buruk. Sifat ajaran akhlak Islam adalah universal, eternal, dan absolut, dan akhlak yang benar menurut Islam adalah akhlak yang dilandasi dengan iman yang benar.
5. Mu'amalah, yaitu aturan tentang hubungan manusia dengan manusia dalam rangka memenuhi kepentingan atau kebutuhan hidupnya, baik yang primer maupun yang sekunder. Contohnya, ialah berdagang, perkawinan; termasuk masalah hukum pidana dan hukum tata negara. (Zaky Mubarok, dkk: 78-80)
F. (KARATERISTIK DINUL ISLAM )
Dinul Islam mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki agama lain dan sekaligus merupakan kekuatannya.
1. Agama Islam adalah agama Allah (dinullah), yakni seluruh ajarannya bersumber dari Allah Subhanahu wa Ta’alabaik melalui wahyu langsung (Al-Qur'an) maupun tidak langsung (Hadits Nabi). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ
“Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (Q.S. Az Zumar [39]: 2)
Lihat pula surat As Sajdah [32]:2
2. Agama Islam mengandung ajaran-ajaran yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia (syumul).
3. Agama Islam berlaku untuk seluruh umat manusia sampai akhir zaman (al-'umum).
4. Agama Islam mengandung ajaran-ajaran yang sesuai dengan fitrah manusia, sebagaimana firman Allah yang berbunyi:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (Q.S. Ar Rum [30]: 30)
5. Agama Islam menempatkan akal manusia pada tempat yang sebaik-baiknya, sebagimana firman Allah dalam Al-Qur'an surat 7: 179 dan surat 31: 20 yang berbunyi:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُون
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”
6. Agama Islam berfungsi sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta, sebagaimana firman Allah yang berbunyi:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Q.S. Al Anbiya [21]: 107)
7. Agama Islam mengorientasikan umat manusia ke masa depan (akhirat) tanpa melupakan masa kini (dunia), sebagaimana firman Allah yang berbunyi:
وَابْتَغِ فِيمَا ءَاتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S Al-Qasas [28]: 77)
Bagi orang yang beriman masa depan itu penuh harapan, karenanya ia harus selalu optimis dan menghilangkan pesimisme.
8. Agama Islam menjanjikan balasan (aljaza') yakni syurga bagi orang-orang yang beriman dan neraka bagi orang orang-orang yang kufur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana firman Allah yang berbunyi:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ(6)إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ(7) جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ(8(
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (Q.S. Al Bayyinah [98]: 6-8) [sumber: blog mt ppm]
0 komentar:
Posting Komentar