Makassar - Sidang tanwir yang merupakan permusyawarahan tertinggi kedua setelah muktamar untuk menentukan calon pimpinan pusat Muhammadiyah sudah berlangsung, Sabtu (01/08) sore, di Aula Universitas Muhammadiyah, Makassar, Sulawesi Selatan.
Sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin mengingatkan pengurus PP Muhammadiyah nantinya tidak boleh merangkap jabatan dengan partai politik mana pun. Terkait isu ada calon ketua yang merupakan titipan parpol, Din meyakini jika tidak akan ada di Muktamar Muhammadiyah ini.
"Sistem pemilihan di Muhammadiyah panjang dan berjenjang, itu memungkinkan tidak ada titipan. Tapi bisa juga ada. Kalaupun ada, pastilah ditolak oleh muktamar," tegasnya, Sabtu (1/8/2015), dilansir MetroTV.
Karenanya, Din meyakini jika intervensi dari luar Muhammadiyah tidak mempan. "Maka tidak usahlah karena tidak ngefek. Saya yakin figur-figur pemimpin Muhammadiyah tidak begitu. Meski sayup-sayup ada saya dengar," akunya.
Din menambahkan, calon ketua umum atau pimpinan Muhammadiyah harus memiliki pemahaman Islam yang mendalam dan punya kemampuan menajerial, punya relasi, dan komunikasi sosial yang luas karena di Indonesia banyak kekuatan lain. [red/metro]
Sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin mengingatkan pengurus PP Muhammadiyah nantinya tidak boleh merangkap jabatan dengan partai politik mana pun. Terkait isu ada calon ketua yang merupakan titipan parpol, Din meyakini jika tidak akan ada di Muktamar Muhammadiyah ini.
"Sistem pemilihan di Muhammadiyah panjang dan berjenjang, itu memungkinkan tidak ada titipan. Tapi bisa juga ada. Kalaupun ada, pastilah ditolak oleh muktamar," tegasnya, Sabtu (1/8/2015), dilansir MetroTV.
Karenanya, Din meyakini jika intervensi dari luar Muhammadiyah tidak mempan. "Maka tidak usahlah karena tidak ngefek. Saya yakin figur-figur pemimpin Muhammadiyah tidak begitu. Meski sayup-sayup ada saya dengar," akunya.
Din menambahkan, calon ketua umum atau pimpinan Muhammadiyah harus memiliki pemahaman Islam yang mendalam dan punya kemampuan menajerial, punya relasi, dan komunikasi sosial yang luas karena di Indonesia banyak kekuatan lain. [red/metro]
0 komentar:
Posting Komentar