Selamat hari lebaran, saling bermaaf-maafan. Di hari yang fitri, seluruh umat Islam bersukacita merayakan Idul Fitri sebagai hari kemenangan. Menang karena selama satu bulan berhasil menundukkan hawa nafsu. Menang karena selama satu bulan berhasil menebar kebaikan.
Baju baru dipersiapkan untuk menyambut hari kemenangan. Baju baru, semangat baru. Namun yang sering terlupa setelah berakhirnya bulan Ramadhan adalah mengerjakan amal ibadah yang biasa dikerjakan selama Ramadhan.
Bila bulan Ramadhan sebagai bulan suci untuk mengekang hawa nafsu, setelah Ramadhan pergi maka sebagian orang merasa diri telah bebas. Bebas untuk kembali bermaksiat. Padahal setelah berlalunya Ramadhan itulah untuk melihat kuaitas iman kita yang sesungguhnya. Apakah diri masih tetap istiqamah atau tidak. Bila selama Ramadhan diri beribadah dengan benar mengharap ampunan dan rahmat dari Allah maka benarnya ibadah seseorang akan tampak pada akhlaknya.
Beribadah itu seperti kebaikan yang dilakukan seseorang. Bila seseorang kadang berbuat kebaikan, kadang berbuat keburukan. Tentu orang lain menilai bahwa ia orang yang kurang baik. Namun bila seseorang itu selalu melakukan kebaikan, orang lain akan mengatakan bahwa ia orang baik. Nah, itu di hadapan manusia. Lalu bagaimana di hadapan Allah? Beribadah itu tidak hanya di bulan Ramadhan, tetapi di semua bulan, setiap hari dalam kehidupan kita. Di setiap saat kita menghembuskan nafas. Ibadah yang Allah sukai itu bukanlah dilihat dari banyaknya amal-amal ibadah yang dikerjakan, tapi dilihat dari keistiqamahan mengerjakan amal ibadah meski hanya sedikit.
Di bulan Syawal dan bulan-bulan selanjutnya seorang mukmin akan ditantang oleh hawa nafsunya. Apakah ia masih bisa menundukkan hawa nafsunya seperti di bulan Ramadhan atau tidak. Godaan yang datang juga semakin berat, seimbang dengan kadar keimanan yang meningkat.
Kenyataannya, tidak hanya baju baru yang dipersiapkan untuk menyambut Idul Fitri. Tetapi keteguhan iman dan keistiqamahan untuk mengerjakan amal ibadah untuk menunjukkan kualitas diri di hadapan Ilahi. Karena syetan tidak akan pernah beristirahat dari usaha menjerumuskan manusia maka kita tidak boleh merasa lelah untuk menundukkan hawa nafsu kita.
Berapa banyak orang di dunia yang amal ibadahnya bertumpuk-tumpuk, namun di akhirat ia tidak membawa amal apa pun. Itulah orang yang melarat. Na’udzubillahi mindzalik. Kita berlindung kepada Allah dari perbuatan yang dapat merusak dan menghapus semua amal-amal kita.
Pun kita juga tidak ingin dinilai oleh Allah sebagai hamba yang tidak istiqamah dalam beribadah. Kita tidak ingin dinilai sebagai hamba yang curang karena memilih-milih ibadah. Bila di hadapan manusia saja kita selalu ingin tampak baik agar mendapat kepercayaan orang lain maka di hadapan Allah kita harus tampak sebagai hamba yang senantiasa bersyukur, senantiasa berusaha untuk tetap istiqomah agar kelak di akhirat kita memiliki alasan untuk tidak dimasukkan ke dalam neraka-Nya.
Wahai hamba Allah, sungguh bulan Ramadhan telah meninggalkan kita, tidak tersisa darinya. Siapakah di antara kita yang telah melakukan yang terbaik di dalamnya maka tinggal menyempurnakannya. Akan tetapi siapa saja yang telah menyia-nyiakannya maka sesungguhnya amal itu tergantung di akhirnya.
Setiap hati orang-orang bertakwa merintih, menangis, bersedih karena belum tentu akan bertemu kembali di bulan Ramadhan berikutnya. Kini setelah Ramadhan pergi, orang-orang berbondong-bondong mengucap takbir. Berharap diri kembali suci. Di antara busana terindah yang dimiliki, hanya satu yang sangat berarti yaitu keistiqamahan yang dijalani setelah berakhirnya bulan suci.
Seseorang menjadi mulia bukan karena busana yang dikenakan. Bukan pula karena kedudukan. Seseorang menjadi mulia karena iman, takwa dan keistiqomahan.
Berapa banyak insan manusia memiliki banyak busana, tapi telanjang dari pahala. Dan berapa banyak insan manusia di bumi disanjung begitu rupa, tapi di langit dibenci tiada tara.
Berlelah-lelahlah! Maka engkau akan mendapatkan manisnya perjuangan! Semoga kita tetap istiqamah mengerjakan amal ibadah. Aamiin. [Tri Ayu Ningsih]
0 komentar:
Posting Komentar