Oleh: Burhan Sodiq, S.S
Pegiat Dakwah Remaja
Saat ini masjid-masjid banyak dipenuhi oleh jamaah generasi tua. Khatibnya sudah tua, imamnya sudah tua, muadzinnya sudah tua, jamaahnya pun juga sudah tua. Kebayang nggak di benak kita siapa yang akan mengganti mereka yang saat ini berkiprah di medan dakwah? Siapa yang akan mengganti para ustadz yang sudah sepuh (tua) itu, yang sudah tak lagi garangsuaranya di mimbar, yang sudah tidak lagi kencang jalannya, tidak tegap badannya dan tidak kuat bacaannya?
Ketika mimbar-mimbar itu kosong tak berpenghuni, ketika pengajian-pengajian kesulitan mencari da’i, ketika ruang publik sepi akan penceramah, lalu siapakah yang akan mengisinya? Pengajian dibiarkan kosong karena mubaligh tidak datang, khutbah Jum’at terpaksa bubar karena khatib tidak hadir dan dakwah ini akan kembali sepi karena pengusungnya telah mati sebelum ajalnya datang.
Sungguh! Kitalah pengganti-pengganti mereka. Anak muda yang penuh semangat, yang mempersiapkan diri untuk sebuah perubahan yang lebih bermakna. Kitalah generasi yang akan mengganti bapak-bapak kita yang lanjut usia, mengganti para ustadz yang sudah lemah dan lupa. Kitalah generasi yang akan mengisi masjid-masjid dengan seruan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Mengumpulkan potensi hati dan diri untuk selalu berada di lini terdepan mengusung panji-panji dakwah yang mulai redup ditelan cobaan. Salah satu yang bisa kita persiapkan adalah melengkapi diri dengan bekal-bekal yang diperlukan. Kita tidak ingin masjid kita mengalami lost generation, kehilangan generasi muda. Masjid-masjid menjadi sepi dari kegiatan dakwah yang produktif, malah hanya dikunci setiap hari.
Kalau kita hanya bersikap menunggu orang-orang pandai agama datang ke masjid-masjid kita, maka hal itu berarti membiarkan masjid kita sia-sia. Mulai sekarang kita harus turun tangan. Menjadi bagian dari takmir dan memakmurkan masjid dengan hal-hal yang bermanfaat. Turun tangan di ranah ceramah, menjadi pembicara di forum Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA/TPQ), kultum atau bahkan pengajian remaja. Semua sebagai pembelajaran bagi kita dan merupakan kewajiban dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Anak muda harus bergerak. Mereka harus mulai memperhitungkan kondisi umat Islam hari ini. Masjid-masjid kita mulai dijauhi oleh anak muda. Mereka lebih menyukai pergi ke tempat-tempat yang menyenangkan daripada harus beribadah ke masjid. Anak muda harus kembali ke masjid dan memberi kiprah mereka yang terbaik bagi keberlangsungan umat.
Anak muda kita harus sering tampil di podium-podium masjid. Dengan lantang menyuarakan kebenaran dan menyeru umat ini kepada kebaikan. Mereka berilmu dan memberi manfaat kepada umat Islam.
Mungkin tidak ada salahnya tiap masjid di negeri ini berinvestasi untuk melahirkan satu ulama. Misalnya, dengan memilih lulusan pesantren yang punya nilai tinggi, untuk dibiayai kulian S-1 dan S-2 ke Mesir, Arab Saudi, Kuwait, Pakistan, Jordan, Suriah atau pusat ilmu ke-Islaman lainnya. Dengan asumsi empat tahun lagi mereka akan segera lulus S-1. Itu saja sebenarnya sudah jauh lumayan untuk mengemban amanah dakwah. Apalagi kalau bisa sampai S-2 atau bahkan S-3, tentu akan lebih baik lagi.
Nantinya diharapkan tiap masjid dipimpin oleh lulusan-lulusan yang berkualitas seperti mereka. Mereka yang menjadi imam, mereka juga yang mengajarkan ilmu-ilmu di masjid, dan mereka juga yang dijadikan rujukan dalam masalah agama. Orang-orang cukup datang ke masjid untuk berkonsultasi masalah syariah. Dan itu bisa dilakukan tiap hari dalam tiap waktu shalat.
Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang mengajak manusia kepada petunjuk, ia akan mendapatkan pahala sebagaimana orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.” (HR. Muslim)
Semoga sabda Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam di atas bisa memotivasi para generasi muda kita saat ini agar kembali ke masjid dan menjadi pelopor bagi tegaknya dakwah, utamanya di kalangan remaja dengan saling mengajak kepada kebaikan dan amalan-amalan yang mendekatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Wallahu a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar