728x90 AdSpace

Latest News
Minggu, 04 Januari 2015

Peranan Pemuda Dalam Dakwah Islamiyah



H. Adi Mansah, Lc.
Sekretaris Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, Imam Masjid At-Taqwa Universitas Muhammadiyah Jakarta

Sudah menjadi sunnatullah jika di setiap masa akan tumbuh pemuda-pemuda yang kelak dibimbing seorang ulama pembaharu (mujaddid). Senantiasa melakukan berbagai bentuk pembaharuan dalam mencairkan kebekuan yang ada pada masa tersebut. Berbagai bentuk kebekuan itu antara lain: kebekuan pemikiran, kebekuan pergerakan, kebekuan kepemimpinan dan lain-lain. Karena pemuda yang sejati itu bukan hanya berumur dua puluh tahun tetapi pemuda sejati ialah pemuda yang rela berjuang demi agamanya.
Sepanjang gerakan pembaharuan yang dilakukan berada pada koridor atau rambu-rambu syariat dan untuk kemuliaan islam (izzatul islam), hal tersebut perlu mendapat dukungan kaum muslimin. Tetapi sebaliknya, jika gerakan tersebut telah keluar dari koridor syariat serta bertentangan dengan ajaran Al Qur’an dan As-Sunnah, seluruh kaum muslimin hendaknya berdiri dalam satu barisan menentang arus gerakan tersebut, jadi satu elemen pendukung pembaharuan yang sangat potensial adalah para pemuda. Selain usia muda merupakan fase berkumpulnya kekuatan (potensi) yang maksimal, mereka juga merupakan orang-orang yang dikenal memiliki idealisme tinggi, tidak memiliki beban dan sangat objektif dalam menyuarakan setiap aspirasi, meski harus diakui adanya kelemahan terutama kematangan berpikir dan minimnya pengalaman. Islam menempatkan pemuda pada tatanan yang sangat strategis dalam melakukan berbagai perubahan menuju kejayaan umat.
“Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk.” (Q.S. Al Kahfi [18] : 13)

Ayat ini mengisahkan para pemuda ashabul kahfi (penghuni gua) yang lari menjauhi kaumnya untuk menyelamatkan aqidahnya dan tidak mau mengikuti arus kesesatan karena mereka tegar memegang prinsip kebenaran.
“Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya. Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. Mereka berkata, “Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang lalim.”  Mereka berkata: “Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim.” (Q.S. Al Anbiyaa [21] : 57-60)

Kisah Nabiyullah Ibrahim 'alaihis salam adalah kisah yang sangat agung karena dapat dipetik begitu banyak pelajaran (ibrah).  Seorang pemuda dengan kecerdasan dan keberaniannya menghancurkan seluruh berhala yang ada pada saat itu.
Yang menjadi pertanyaan, apakah berhala-berhala tersebut masih ada di zaman modern sekarang ini? Bagaimana jika seseorang yang terlalu membanggakan kemampuan logika akalnya sampai mengkultuskan hingga mempertuhankan hasil buatan pemikiran logika akalnya? Apakah itu berhala juga? Apakah jahiliyah hanya terjadi pada masa Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam?
Jahiliyah kaum Quraisy bukan karena mereka tidak percaya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, tapi karena mereka telalu mengkultuskan Latta dan ‘Uzza yang merupakan orang saleh pada masa itu, yang setelah meninggal dunia dibuat patungnya.  Pada masa Nabi Nuh juga diketahui bahwa Wadd, Suwa’, Yaguts, Ya’uq, dan Nasr adalah nama-nama orang saleh. Ketika mereka meninggal, syaitan memberikan ilham kepada masyarakat setempat agar mereka membuat patung-patung dengan nama-nama itu. Pada mulanya tidak disembah tapi lama-kelamaan akhirnya menjadi sembahan. Lalu, bagaimana hukum hasil buatan manusia melalui akal pikirannya yang terbatas, apakah ada persamaannya dengan berhala?  “Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki? dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?” (Q.S. Al Ma’idah [5] : 50)

Islam memang memberikan perhatian yang begitu besar kepada pemuda. Para sahabat usianya lebih muda, bahkan ada yang jauh lebih muda dari Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam, tetapi Beliau tidak segan-segan memberi tugas atau kepercayaan kepada sahabatnya. Usamah bin Zaid diberikan kepercayaan menjadi Panglima Perang di usianya yang baru sekitar 16 tahun. Ia merupakan satu-satunya Panglima Perang termuda sampai saat ini.  Realita yang terjadi saat ini, di Palestina, peranan pemuda menjadi sangat penting sebagai penggerak perjuangan melawan penjajah zionis Israel demi mempertahankan Al-Aqsha yang merupakan simbol eksistensi umat Islam di seluruh dunia. Pemuda jualah yang menjadi salah satu pilar penopang aktivitas dan kemakmuran sebuah masjid. Bisa dibayangkan, bagaimana kondisi dan nasib sebuah masjid tanpa aktivitas pemudanya.
Masa depan masjid itu menjadi suram, karena salah satu tolok ukur bagaimana keadaan masjid pada lima, sepuluh, dua puluh atau tiga puluh tahun mendatang tergantung pada kondisi pemuda masjidnya di masa sekarang. Tentunya sebagian kecil dari banyak kisah peranan pemuda yang tangguh dalam Islam memberikan hikmah dan ibrah bagi kita semua, serta menggugah semangat para pemuda untuk bekerja keras lagi menuju perbaikan umat demi tercapainya kejayaan dan kemuliaan islam. Pimpinan Ikhwanul Muslimin Syekh Hasan Al-Bana pernah berkata, “Bahwa umat Islam akan bangkit dan aset yang terbesar dalam umat ini adalah peranan pemuda”. Semoga segala kesempatan dan waktu kita mampu berdakwah mengajak umat ini ke jalan yang benar dan harus kita mulai dari diri sendiri (Ibda’ Binnafsik) seperti dakwah yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam. Wallahu a’lam Bish-showwab… [tabligh]
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Item Reviewed: Peranan Pemuda Dalam Dakwah Islamiyah Rating: 5 Reviewed By: Admin 1 TablighMu