728x90 AdSpace

Latest News
Senin, 26 Januari 2015

Islam yang Berilmu dan Beramal


Ketua PW Pemuda Muhammadiyah DIY 2014-2018

Dasar Ajaran Islam
Suatu saat Kiai Haji Ahmad Dahlan bertanya kepada anak-anak perempuan Muhammadiyah, “Apakah kamu tidak malu jika auratmu dilihat kaum laki-laki?”
Anak-anak perempuan itu serentak menjawab bahwa mereka akan malu sekali jika hal itu terjadi. Lalu Kiai Dahlan berkata, “Jika malu, mengapa jika kau sakit lalu pergi ke dokter laki-laki? Apalagi ketika hendak melahirkan anak. Jika kau memang benar-benar malu, hendaknya kau terus belajar dan belajar dan jadilah dokter sehingga akan ada dokter perempuan untuk kaum perempuan!”
Inilah kisah nyata dari mosaik kehidupan Kiai Haji Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah. Islam yang dipahami oleh Kiai Dahlan adalah Islam yang berilmu. Tidak heran jika Kiai Dahlan menginginkan kaum perempuan dapat belajar setinggi-tingginya sehingga dapat membantu sesama perempuan. Kiai Dahlan seorang ulama yang memiliki semangat untuk menjadikan keislamannya sebagai penggerak amaliah kehidupan. Amaliah yang didasari atas ilmu.
Islam adalah bentuk dari kata kerja aslama yang berarti “menyerahkan diri”.
“(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Q.S Al Baqarah 2:112)

Menyerahkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala secara total sehingga semua gerak hidupnya adalah ibadah. Islam sejatinya adalah suatu agama yang mengajarkan interaksi (ad-din al-mu’amalah), karena ia mengatur interaksi manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia lainnya dan manusia dengan lingkungannya, baik hubungan vertikal maupun horizontal. Sehingga ajaran Islam meliputi segala aspek kehidupan mulari aqidah, ibadah (syari’ah), serta akhlaq.
Dalam Islam yang dipahami Muhammadiyah ada 4 keilmuan yang harus perlu dipelajari seorang Muslim:
1.  Aqidah. Adalah ilmu tentang mengesakan Allah Subhanau Wa Ta’ala. Bagi Muhammadiyah Aqidah Islam harus murni dan bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bidah dan khurafat, tanpa mengabaikan prinsip toleransi menurut ajaran Islam.
2.  Ibadah. Menurut Himpunan Putusan Tarjih ibadah adalah “mendekatkan diri kepada Allah Subhanau Wa Ta’ala dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya serta mengamalkan apa saja yang diperkenankan oleh-Nya.” Sedangkan ibadah menurut Ulama Fiqh adalah “Apa yang dikerjakan untuk mendapatkan keridlaan Allah Subhanau Wa Ta’ala dan mengharap pahala-Nya di akhirat.”
Ibadah sendiri dibagi menjadi dua; ibadah mahdlah (khusus atau murni ibadah) yaitu sudah ditentukan oleh nash seperti thaharah, shalat, puasa, zakat, haji, dll. Yang kedua adalah ibadah ghairu mahdhah (tidak murni ibadah atau umum) yaitu segala perbuatan (tidak terlarang) dilakukan dengan niat karena Allah Subhanau Wa Ta’ala seperti menolong orang, berdakwah, dll.
3.  Akhlaq. Dalam bahasa Arab akhlaq seringkali diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tab’iat. Secara terminologis (istilah) akhlaq memiliki beberapa pengertian. Menurut Imam al-Ghazali “Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran.”
Akhlaq juga sering dikenal dengan beberapa istilah lainnya seperti etika dan moral. Persamaan antara ketiga istilah ini terletak pada sama-sama menentukan nilai baik dan buruk sikap dan perbuatan manusia. Sedangkan perbedaannya terletak pada standar yang digunakan; standar akhlaq adalah al-Qur’an dan Sunnah, standar etika adalah pertimbangan akal dan pikiran, dan standar moral adalah adat kebiasaan yang berlaku di masyarakat secara umum.
4.  Muamalah Duniawiyah. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya muamalah dunyawiyat (pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran agama serta menjadikan semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ibadah kepada Allah Subhanau Wa Ta’ala.
Ibadah, Akhlaq dan juga Mu’amalah adalah tiga hal yang sangat penting bagi manusia setelah aqidah. Karena hal tersebut sudah menjadi kebutuhan hidup baik didunia maupun untuk bekal akhirat. Dengan demikian diharapkan dapat menciptakan pribadi muslim yang lebih baik yakni dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam beribadah, menjaga akhlaq mulai dari kehidupan pribadi, kemudian membangun keluarga yang sakinah sampai mewujudkan masyarakat utama.

Islam itu Beramal
Muhammadiyah adalah gerakan Islam pertengahan (Ummatan Washathan). Dengan posisi ini Muhammadiyah tidak akan terjebak pada arus gerakan yang cenderung radikal ataupun cenderung liberal. Muhammadiyah yang berkeyakinan bahwa ber-Islam adalah mengajak kepada Islam yang membebaskan manusia dari belenggu kejumudan dan menggembirakan umat. Islam yang dipahami Muhammadiyah adalah Islam yang beramal, seperti dalam Q.S. Al Mu’minun [23] ayat 1-5:
1.  Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
2.  (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya,
3.  dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,
4.  dan orang-orang yang menunaikan zakat,
5.  dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,

Dalam surat Al-Mu’minun tersebut dengan jelas diberitakan bahwa orang-orang yang beruntung dalam Islam adalah orang yang yang mampu memadukan ibadah dan amaliah. Orang-orang yang melaksanakan dengan khusyuk dan mampu beramal dengan hartanya. Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Akan beruntung dan bahagia Mukmin yang yang khusyuk dalam sembahyang, menjauhkan diri dari perbuatan atau percakapan yang tidak berguna. Apalagi melakukan perbuatan batil dan kata yang keji. Menunaikan zakat dan menjaga kemaluannya dari berbuat maksiat.
Warga Muhammadiyah harus memiliki kompetensi keilmuan sebagai berikut:
1.  Ilmu Syar’i adalah ilmu Agama. Dengan ilmu agama dapat memandu tujuan utama dari hidup kita. Ilmu Agama inilah yang menjadi bahan bakar dalam melaksanakan hidup ini. Ilmu Agama inilah yang juga menjadikan hidup kita menjadi terarah. Tujuan hidup manusia sesuai dengan Al Quran sesuai yang termaktub dalam Q.S. Adz Dzariyat [51]: 56, Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
2.  Ilmu Profesi, atau sebut saja ilmu umum adalah ilmu yang dipelajari sebagai dasar ketrampilan dalam mengelola hidup ini. Dengan ilmu profesi ini mahasiswa memiliki kompetensi untuk menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain. Ilmu profesi yang mumpuni akan menjadikan mahasiswa dihargai tinggi. Dalam dunia kerja seseorang yang memiliki keilmuan yang mumpuni tentu dia akan menjadi lebih dihargai.
Ilmu Bela diri, dunia makin tidak aman dan kejahatan makin dekat dengan kehidupan kita. Maka ilmu beladiri tentu dibutuhkan oleh mahasiswa. Beladiri bukan berarti kemampuan pencak silat, tetapi kemampuan untuk menjadikan rasa aman bagi kita. Kita tinggal di lingkungan masyarakat, kalau ada masalah tentu yang akan membantu tetangga yang terdekat. Maka perilaku baik kepada tetangga, keluarga dan masyarakat merupakan ilmu bela diri yang paling utama.

Akhirul Kalam
“Jadi untuk bergaul secara baik dengan tetangga kamu, caranya harus betul. Bila tetangga mampir untuk ngobrol dengan kamu, sambutlah dia dan ngobrollah. Jika dia belum shalat, tidak apa-apa. Kamu jangan mengolok-olok dia. Jika dia jatuh sakit, tengoklah. Jika dia kesusahan, bantulah.” Demikianlah apa yang disampaikan Pak AR Fahrudin Ketua PP Muhammadiyah yang terkenal itu pada suatu waktu.
Menjadi Muslim yang bermanfaat dengan kompetensi yang unggul, sehingga bisa memperoleh hasil dari kompetensinya. Inilah yang perlu menjadi bagian dari semangat hidup seorang Muslim.
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Item Reviewed: Islam yang Berilmu dan Beramal Rating: 5 Reviewed By: Admin 1 TablighMu