Oleh: Nafsir Aspan, M.Si.
Ketua PR Muhammadiyah Kauman dan Guru SD Muhammadiyah Wonorejo Cab. Blimbing Sukoharjo – Jateng
Sebagai seorang muslim, tugas utama kita dalam hidup di dunia ini adalah mengabdikan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَمَا خَلَقْتُ الْـجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Q.S. Az-Zariyat [51] :56)
Salah satu bentuk pengabdian seorang hamba kepada Allah ‘Azza wa Jalla adalah dengan shalat. Shalat dalam agama Islam sangatlah penting. Dia bagaikan pentingnya kepala bagi tubuh. Tentunya seseorang tidak akan bisa hidup tanpa kepala. Orang yang memelihara shalat maka agamanya juga akan terpelihara. Begitu pula sebaliknya, orang yang meremehkan shalat maka agamanya pun akan rusak pula.
Umar bin Khatab radhiallahu ‘anhu berkata, “Sungguh perkara terpenting bagiku adalah shalat. Barang siapa yang memeliharanya maka terpeliharalah agamanya. Barang siapa yang menyia-nyiakannya maka yang selainnya akan menjadi sia-sia.“
Tidak ada bagian dalam Islam bagi orang yang meninggalkan shalat. Karena kunci surga adalah shalat, miftaahul jannati as shalah. Orang yang meremehkan shalat, maka dia akan meremehkan syariat Islam. Orang yang meremehkan shalat, maka dia akan meremehkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dia juga akan meremehkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, dia akan meremehkan jihad fii sabilillah, dan dia akan meremehkan iqamatuddin.
Orang yang meremehkan shalat, orang yang mengakhirkan shalat dari waktunya, orang yang melaksanakan shalat dengan tidak menjaga kekhusyukan, serta orang (laki-laki) yang tidak menjalankan shalat wajib dengan berjama’ah di masjid, maka ia tidak akan serius menjalankan tugas hidup atau menjalani misi hidup yang sesungguhnya. Bagi mereka hidup hanya berkisar antara makan, tidur, mencari makan dan selebihnya berpindah dari satu hiburan ke hiburan yang lain, dari satu kesenangan menuju kesenangan yang lain seakan hanya untuk itulah mereka diciptakan.
Orang yang meremehkan shalat tidak akan terbuka mata hatinya untuk melihat penderitaan saudara-saudara muslim lainnya diberbagai belahan dunia yang kenyang dengan penindasan demi mempertahankan keyakinannya. Tanah mereka dijajah, hak mereka dirampas, kehormatan mereka dilecehkan, nyawa mereka dipertaruhkan bahkan banyak yang harus meregang nyawa dengan cara-cara yang tidak wajar dan biadab.
Kita lihat Suriah hari ini, Gaza yang kembali memanas, puluhan ribu nyawa harus melayang, ribuan lainnya cacat dan cedera, jutaan nyawa anak terancam, ribuan anak menjadi yatim, jutaan anak putus sekolah, lebih dari empat ratus gedung sekolah hancur, serta ratusan ribu harus mengungsi.Darah dan air mata terus dialirkan oleh kelompok- kelompok yang memusuhi Islam.
Apa yang sudah kita lakukan?! Sudah sejauh mana kepedulian kita terhadap saudara kita?! Apa yang sudah kita berikan untuk membantu mereka sebagai bukti keimanan kita?! Sadarlah dan buka mata kita kemudian lihatlah mereka yang dibantai adalah saudara kita. Mereka yang dibunuh adalah saudara kita. Mereka yang direnggut kehormatannya adalah juga saudara kita. Jangan sampai kita menjadi orang yang tidak peduli kepada sesama muslim yang menderita sebagai dampak nyata dari perbuatan meremehkan shalat.
Seorang muslim yang meremehkan shalat akan dengan mudah melanggar aturan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan meremehkan ajaran Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Mereka akan dengan mudah melakukan kezaliman, sehingga kezaliman dengan aneka bentuknya terpampang di mana-mana. Keadilan begitu sulit ditegakkan. Kejujuran menjadi sesuatu yang langka akibat kepiawaian dalam memutarbalikkan fakta.
Hari ini betapa banyak kezaliman tertutup oleh fasihnya lisan bicara, berapa banyak keburukan terpoles oleh indahnya susunan kata-kata. Ada lagi yang merasa aman bertingkah dosa lantaran bisa sembunyi dibalik manisnya lidah dalam berkata-kata, membantah meski jelas-jelas bersalah. Bermain kata untuk menutupi dusta dan tak jarang mencari kambing hitam untuk mengalihkan tuduhan dosa kepada orang lain. Korupsi harta yang bukan miliknya. Manipulasi data agar berbeda dari aslinya. Berbagai kolusi dan semisalnya adalah contoh betapa banyak kejahatan ini terselubung oleh pandainya seseorang beralasan dengan lisannya.
Suami yang meremehkan shalat, suami yang malas ke masjid, suami yang mengerjakan shalat dengan qaamuu kusaalaa -mereka yang melakukan dengan malas-berdiri dengan malas, maka dia akan meremehkan amalan yang lain. Dia juga akan meremehkan istri dan anak-anaknya.
Seorang istri yang meremehkan shalat, dia akan meremehkan suaminya, dia akan meremehkan AllahSubhanahu wa Ta’ala, dia akan meremehkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, dia akan meremehkan jihad, dia akan meremehkan iqomatuddin, dia akan meremehkan jilbab, dia akan meremehkan pendidikan anak-anaknya, dan dia akan meremehkan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan ajaran Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.
Anak-anak yang meremehkan shalat, anak-anak yang mengabaikan shalat, tidak mungkin dia akan menjadi anak-anak yang birrul walidain -berbakti pada orangtuanya, cinta kepada bapaknya, cinta kepada ibunya, karena shalat telah ia remehkan, perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala telah ia abaikan, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam telah ia remehkan, ia tidak bisa berbakti kepada orangtua, tidak akan menjadi anak yang wabil waalidaini ihsaana -yang berbakti pada kedua orangtuanya.
Guru yang meremehkan shalat, akan menjadi guru yang mengabaikan nilai-nilai moral dalam pendidikan,sehingga moral anak didiknya tidak akan terbangun.
Pejabat yang meremehkan shalat akan menjadi pejabat yang zalim, menguras harta rakyat dengan dalih pembangunan. Menumpuk harta untuk modal melanggengkan kekuasaan.
Tegaknya syariat Islam yang rahmatan lil’aalamin, hanya bisa terealisiasi dengan usaha kita. Yang kita mulai pertama kali dengan membenahi diri kita masing-masing. Kemudian membenahi keluarga dan membenahi masyarakat dengan senantiasa memakmurkan masjid dalam suasana shalat berjamaah. Bertemu dengan saudara-saudara seiman dan se-Islam, 5 kali sehari kita datangi masjid, di waktu subuh, dzuhur, ashar, maghrib dan isya’. Insya Allah ini akan menjadikan kita mudah dalam mengembangkan serta meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan pada akhirnya dapat memasuki surga-Nya.
Di dunia ini mungkin kita bisa mendapatkan harta tanpa kesengajaan. Mungkin juga kita bisa mendapatkan pekerjaan secara kebetulan atau meraih jabatan tanpa perencanaan. Akan tetapi kita tidak bisa mendapatkan surga atau jannah secara kebetulan. Jannah tidak pula bisa didapat dengan undian. Akan tetapi harus ada unsur kesengajaan. Sengaja untuk mencari jalan, sengaja untuk menempuh perjalanan, serta sengaja harus dengan gigih berjuang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَى لَـهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا
“Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.”(Q.S. Al Isra’ [17] : 19)
Dan selanjutnya kita harus sadar bahwa hidup itu laksana berdiri di escalator (tangga berjalan). Meski seseorang diam tanpa gerakan, akan sampai juga di tempat pemberhentian. Begitulah kita manusia menjalani kehidupan. Suka atau tidak suka, aktif ataupun diam dari amal kebaikan tetaplah kita akan sampai pada kematian. Selanjutnya berpindah pada kehidupan yang sangat panjang. Saat itu manusia akan mempertanggungjawabkan kesempatan yang telah diberikan di dunia. Sekecil apapun perbuatan tersebut pasti akan menuai balasan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَه وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
“Maka barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Q.S. Al-Zalzalah [99] : 7-8)
Pada saatnya kelak kita dihadapkan pada pengadilan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita dikumpulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di padang mahsyar seperti berkumpulnya kita ditanah lapang yang luas. Di mana pada saat itu lisan tak kuasa lagi bicara, tak mampu memungkiri kejahatan yang dilakukan sekujur tubuhnya. Dan seluruh tubuh tak lagi berpihak pada keinginan manusia tapi menuruti dan taat pada perintah rabbnya. Sebagaimana ditegaskan Allah Subhanahu wa Ta’aladalam firman-Nya:
الْيَوْمَ نَـخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بـِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (Q.S. Yasin [36] : 65)
Alasan apa lagi yang bisa dikemukakan bila catatan amal sudah diperlihatkan?!Semua tercatat rapi dan teliti tanpa satu pun yang ditinggalkan. Kilah apa lagi yang bisa diucapkan lidah jika anggota tubuh lain sudah bersaksi?! Lidah dibungkam tak mampu bersuara. Sementara tangan dan kaki membeberkan semua yang diperbuat selama di dunia.
Kini semuanya terpulang kepada kita, jadi hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang taat atau ahli maksiat. Manusia yang semangat mendulang pahala atau tenggelam dalam lumpur dosa. Memelihara shalat atau meremehkannya. Yang pasti semua akan ada catatan dan saksinya dan pasti kita akan dapatkan balasannya.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa membuat hati kita condong kepada kebenaran dan dimudahkan melakukan ketaatan. Wallahu a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar